Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja Perempuan Sigaret Kretek Tangan Seharusnya Dipandang Setara dan Dilindungi

Kompas.com - 24/10/2022, 19:16 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Perempuan Indonesia menyoroti kondisi para pekerja pelinting perempuan sigaret kretek tangan (SKT) di industri hasil tembakau (IHT).

Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia, Mike Verawati Tangka mengatakan, para pelinting SKT ini seharusnya tidak lagi diposisikan sebagai perempuan pencari nafkah tambahan, tetapi pencari nafkah utama.

"Perempuan di industri rokok seharusnya dipandang secara setara karena kecakapan dan kapasitasnya," ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (24/10/2022).

Para pekerja ini, lanjut Mike, sempat mengalami situasi yang tidak baik saat pandemi, seperti mengalami pengurangan jam kerja dan bahkan pemberhentian kerja.

"Selama pandemi, pekerja perempuan yang dirumahkan atau yang tetap bekerja mengalami beban ganda karena kebijakan pembatasan fisik dan sosial," katanya.

Baca juga: Rencana Kenaikan Cukai Rokok Tahun Depan Perlu Pertimbangkan Nasib Buruh Tani dan Pekerja SKT

Itulah sebabnya, dia mendorong dipertahankannya kebijakan yang melindungi para pekerja perempuan ini, termasuk juga regulasi terhadap industri SKT yang menaunginya.

Menurutnya, industri sigaret kretek tangan dapat menjadi wadah pemberdayaan perempuan yang mendorong kemandirian para pekerja SKT.

Eksistensi industri SKT dan pekerjanya yang ada saat ini perlu dilindungi melalui kebijakan serta peningkatan kualitas dan kesejahteraan pekerjanya.

Mike menilai pemerintah perlu terus memastikan agar implementasi kebijakan perlindungan sektor padat karya dapat berjalan dengan baik.

Baca juga: DPR: Jangan Sampai Kenaikan Cukai Rokok Membuat SKT Mati..

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com