BENGKALIS, KOMPAS.com - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Sei Pakning membuat sederet program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di lahan gambut yang berada di Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) itu meliputi pengelolaan lahan gambut hingga penanaman mangrove yang mendongkrak ekonomi masyarakat.
Program pertama yakni proses penanaman mangrove di daerah pesisir Desa Pangkalan Jambi pada tahun 2017.
Manager Produksi Sei Pakning, Antoni R Doloksaribu mengatakan, proses penanaman yang semula tujuannya untuk menahan abrasi, kini menjadi tempat wisata.
Baca juga: Pertamina Sei Pakning Bengkalis Buat Filtrasi Air Gambut untuk Masyarakat
Masyarakat sekitar menambah pundi-pundi rupiah dengan berjualan makanan ringan seperi keripik, dodol hingga ikan kering hasil tangkapan.
"Melalui hutan mangrove juga masyarakat bisa menambah ekonominya, membuat keripik, dodol, kemudian juga mereka bisa menangkap ikan. Pengeringnya (ikan) kita sediakan dengan sistem memanfaatkan panas matahari sebagai pengering ikan hasil tangkapan mereka," ujar Antoni, Selasa (25/10/2022).
Antoni mengatakan, program CSR lain dari PT KPI Sei Pakning RU II yakni pengelolaan atau filtrasi air gambut (Filagam) di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis.
Baca juga: Beli iPhone 14 Dapat Promo Bebas 2 Kali Cicilan, Mau?
Air gambut yang sebelumnya berwarna cokelat menjadi jernih melalui proses pengelolaan dengan tiga injeksi atau penyulingan hingga layak digunakan untuk masyarakat.
"Tadi kita ke Filagam, bagaimana kita melihat menyediakan air bersih untuk masyarakat," kata Antoni.
Pengelolaan air gambut saat ini bukan hanya untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan mencuci atau mandi, tapi juga bisa untuk diminum secara langsung.
Filaagam dikelola pemuda di Desa Lubuk Muda yang menamai kelompok mereka Tirta Muda. Jumlah dari kelompok itu semula 10 orang.
Baca juga: Simak Proyeksi IHSG Hari Ini
Para pemuda itu secara bergantian untuk melayani masyarakat apabila ingin membeli air bersih untuk satu galon berisi 19 liter itu dibandrol seharga Rp 19.000.
"Kemudian kita juga melihat masyarakat di sini menanam kebutuhan sehari-hari yaitu untuk cabe, sayur dengan tanaman holtikultura di lahan gambut," kata Antoni.
"Tadi bisa kita lihat hasil panenya. Mereka sudah bisa mendapatkan hasil panen yang cukup lumayan untuk meningkatkan taraf hidup mereka," sambung Antoni.
Baca juga: Simak Cara Transfer BCA ke OVO dengan Mudah
Selain mendongkrak ekonomi, pengelolaan lahan gambut juga dimanfaatkan oleh warga sebagai bahan mitigasi awal penanganan apabila terjadi kebakaran hutan.
Antoni mengatakan, salah satu caranya yakni masyarakat bisa memanfaatkan air yang ada di dalam lahan gambut dengan alat penyedot dan menyiram ke lahan yang terbakar.
"Bagaimana teknologi yang ditemukan oleh kawan kawan kita ya pertamina yaitu bahwa untuk mendapatkan air di lahan gambut itu sangat mudah jika terjadi kebakaran maka kita bisa dengan cepat memadamkan. Sampai sekarang sudah zero fire tidak ada lagi," kata Antoni.
Baca juga: Tips dan Cara untuk Mengatur Outlet
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.