Kedua adalah melihat dampak dari pekerjaannya hingga ia memutuskan keluar. Ia pun memperjelas tahap ini, “Ketika kita ngomong ‘kutu loncat’, jangan sampai kita cuma jadi kutu yang loncat tanpa legacy. Kita harus punya sesuatu yang dikenang.”
Baca juga: Good Employer Branding Tergantung pada Perusahaan?
Ketiga adalah selalu bertanya mengenai pandangan karier di masa depan. “Orang yang hanya sekedar jadi ‘kutu loncat’, mereka pasti akan kelabakan dalam menjawabnya.”
Lalu, apakah karyawan kerap yang menjadi “kutu loncat” ini bisa berhenti? Kapan mereka merasa cukup terhadap pilihan karier mereka?
Jawaban lengkapnya bisa kalian dengarkan melalui siniar Obsesif bertajuk “Karier Kutu Loncat, Oportunis atau Realistis?” di Spotify. Di sana, ada pula beragam informasi menarik seputar dunia kerja untuk para fresh graduate dan job seeker, loh!
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan https://dik.si/ObsesifS7EP4.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.