Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi VII DPR RI: Indonesia Masuk ke EBT adalah Suatu Keharusan

Kompas.com - 26/11/2022, 13:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi VII DPR menyatakan, Indonesia sudah menjadi suatu keharusan masuk ke Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal ini lantaran sumber energi Indonesia yang berasal dari fossil yang di antaranya adalah minyak, gas dan batubara, mulai menipis sehingga menimbulkan masalah ekonomi maupun masalah ekologi.

"Indonesia masuk ke energi terbarukan adalah suatu keharusan. Karena fosil saja yang berupa migas dan batu bara sudah menjadi masalah ekonomi," ujar Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto dalam diskusi virtual "The 11th UI Youth Environmental Action Grand Summit", Sabtu (26/11/2022).

Baca juga: Menteri ESDM: Lembaga Pendanaan Dunia Lebih Pilih Danai Proyek EBT

Cadangan minyak RI tinggal 9,5 tahun

Lebih lanjut dia memaparkan untuk cadangan migas nasional yaitu cadangan minyak bumi nasional sebesar 4,17 miliar barel dengan cadangan terbukti (proven) sebanyak 2,44 miliar barel.

Sementara umur cadangan minyak bumi di Indonesia diproyeksikan akan tersedia hingga 9,5 tahun mendatang.

"Jika dibandingkan dengan minyak bumi Venezuela cukup jauh. Cadangan proven minyak bumi kita hanya 2,4 miliar barrel sementara Venezuela 300 miliar barrel," ungkapnya.

Baca juga: EITI: Tantangan Besar Transisi Energi di RI, Apakah EBT Hasilkan Pendapatan Sama dengan Migas?

Cadangan gas RI vs konsumsi BBM nasional

Kemudian untuk cadangan gas bumi, tercatat sebesar 62,4 triliun cubic feet dengan cadangan terbukti (proven) sebanyak 43,6 triliun cubic feet.

"Ini juga umur cadangannya tidak begitu lama hanya 19,9 tahun saja," imbuhnya.

Memang diakui dia cadangan gas Indonesia terbilang cukup besar.

Baca juga: Menteri ESDM: Fokus RI Bangun Pembangkit Listrik EBT Jadi Kesempatan Baru untuk Pelaku Usaha

Namun jika diproduksi dalam sehari untuk minyak nasional kurang lebih hanya mencapai 163.000 barrel saja. Angka ini menurut dia kecil dibandingkan dengan konsumsi BBM yang mencapai 1,48 juta barrel setiap hari.

"Sedangkan produksi dalam negerinya hanya 630.000 barel. Maka tiap hari kita impor BBM hampir 800.000 per hari. Ini tiap hari kita impor. Ini mengapa harga BBM di Indonesia sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia," jelas dia.

Kemudian untuk cadangan batu bara nasional proven potensialnya mencapai 143,7 miliar ton dengan cadangan terbukti (proven) sebanyak 39,6 miliar ton.

Angka ini juga masih jauh jika dibandingkan dari total cadangan dunia.

Baca juga: Menteri ESDM: Indonesia Butuh Investasi Rp 750 Triliun Garap Pembangkit EBT 22 GW

Potensi EBT di RI

Sementara untuk potensi dan bauran EBT, sangat besar. Dari skala listrik saja untuk total tenaga Surya potensinya bisa sampai 3.290 (Gw). Sementara pemanfaatannya sangat kecil yang mencapai baru 0,22 (Gw).

Kemudian untuk potensi bioenergi mencapai 57 (GW) dan pemanfaatannya hanya baru mencapai 2,28 (Gw).

Begitupun dengan EBT panas bumi yang potensinya mencapai 24 (Gw) dan pemanfaatannya baru mencapai 2,23 (Gw).

"Jadi kalau secara total capaian EBT kita hanya baru mencapai 12,2 persen. Artinya, Indonesia to point' to return untuk masuk ke EBT mengingat energi yang ada berupa fosil sudah memiliki masalah ekonomi maupun masalah ekologi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com