Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Susi Pudjiastuti Pertahankan Bisnis Maskapai Selama Pandemi

Kompas.com - 29/11/2022, 10:37 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bercerita mengenai perjuangannya mempertahankan bisnis maskapai penerbangannya, Susi Air, selama pandemi Covid-19.

Saat pandemi Covid-19 yang mencapai puncak di 2020, pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran menutup bandara-bandara di Indonesia sehingga penerbangan berhenti beroperasi.

Kebijakan tersebut membuat bisnis maskapai penerbangan sangat terpuruk lantaran pergerakan pesawat dan jumlah penumpang di semua bandara di Indonesia turun signifikan.

Dampak tersebut juga turut dirasakan Susi Air,  dari mulanya bisa mengantongi penghasilan hingga Rp 300 juta per hari menjadi tidak ada penghasilan sama sekali. Kondisi ini berlangsung selama 5 bulan.

Baca juga: Cerita Bisnis Cerutu Golden Djawa dari Jember, Mejeng di Pagelaran KTT G20

Padahal ketika pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia di awal 2022, kondisi Susi Air masih baik-baik saja karena penerbangan masih boleh dilakukan.

"Tidak ada yang pesen tiket karena tidak ada terbang, nothing. Incomenya juga nothing, yang biasa sehari Rp 200 juta-Rp 300 juta ini nothing, so that's how bad it is," ujarnya saat konferensi pers di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (28/11/2022).

Di sisi lain, Susi mengaku dia masih harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 30 miliar per bulan untuk membayar gaji seluruh karyawan Susi Air.

Oleh karena itu, Susi langsung melakukan langkah pemotongan biaya operasional yang tidak diperlukan dengan cara menutup kantor-kantor Susi Air di Jakarta hingga menutup 3 apartemen di Jakarta.

"Saya mulai ancang-ancang, oke kalau ada yang tidak perlu ya tidak perlu we keep again. Kita harus berani resizing cost, resizing facility, resizing everything karena sudah berubah," ucapnya

Bahkan di bulan ketiga setelah pemerintah menutup penerbangan, dia terpaksa harus memotong 25-30 persen gaji karyawan demi bisa memperpanjang usia maskapainya dua bulan lebih lama.

Pasalnya berdasarkan perhitungan Susi, jika dia tidak memotong gaji karyawan dikhawatirkan bisnis maskapai ini akan kolaps dalam waktu 3 bulan. Sementara jika gaji karyawan dipotong 25 persen maka dapat bertahan sampai 5 bulan dan jika dipotong 30 persen dapat bertahan sampai 7 bulan ke depan.

"Tapi kita tidak bisa putus, pilot-pilot, staff-staff kan kita tidak bisa putus. Bulan pertama kita tidak kasih discount sallary, bulan kedua juga tidak, kita pikir oh mungkin bulan ketiga akan oke, tapi bulan keempat dan kelima sorry saya harus potong sedikit 25 persen dan yang gajinya gede banget 30 persen," jelasnya.

Kendati bisnis maskapainya saat itu sedang carut-marut, Susi tidak berpangku tangan meratapi nasibnya. Dia tetap berusaha mencari sumber penghasilan lain dan terus melakukan perhitungan pengeluaran dengan ketat agar kondisi keuangannya tetap terjaga.

"Waktu itu karena saya ini orangnya tidak bisa diam jadi selama masa pandemi, oke penerbangan selesai tidak bisa penerbangan 5 bulan. Tapi tidak selesai we doing nothing, jadi ya pikir ini pikir itu, mulai bikin ini bikin itu, bangun cafe, bangun ini bangun itu, many thing yang continue dengan media sosial, saya terima tawaran jadi host TV," tuturnya.

Baca juga: Uang Pensiun Anggota DPR Jadi Sorotan, Susi Pudjiastuti: Menteri Juga Tidak Perlu Diberi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com