Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, The Fed Diyakini Tak Akan Seagresif 2022

Kompas.com - 06/12/2022, 19:30 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian tahun depan masih memiliki sisi positif meskipun dibayang-bayangi dengan ketidakpastian global.

Head of Research DBS Group Maynard Arif mengatakan, tekanan eksternal di tahun depan akan jauh lebih baik jika dibandingkan di tahun ini. Hal ini lantaran, dirinya melihat bahwa kebijakan The Fed terkait suku bunga di tahun depan tidak akan seagresif di tahun ini.

"Kita melihat bahwa The Fed secara kebijakan suku bunga tahun 2023 tampaknya tidak akan seagresif tahun 2022," ujar Maynard dalam Group Interview: Menilik Kondisi Pasar dan Ekonomi Tahun 2023," Selasa (6/12/2022).

Baca juga: The Fed Indikasikan Perlambatan Kenaikan Suku Bunga, Rupiah Menguat

Seperti yang diketahui, kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias Federal Reserve (The Fed) yang agresif dalam meningkatkan suku bunga acuannya yang berdampak kepada perekonomian di banyak negara. Kebijakan The Fed yan agresif tersebut dijalankan agar lonjakan inflasi di AS dapat diatasi.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, The Fed sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak empat kali berturut-turut hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75 persen hingga 4 persen.

Selain kebijakan The Fed yang tidak terlalu agresif di tahun depan, Maynard menyampaikan bahwa penguatan dolar AS tampaknya tidak akan terjadi di 2023. Untuk itu, dari sisi mata uang Garuda juga akan membaik.

Baca juga: Risalah The Fed Bikin Dollar AS Melemah, Rupiah Bangkit


"Ketika inflasi naik tinggi, The Fed kan cukup agresif. Tetapi tahun 2023, mungkin inflasi akan melambat sehingga The Fed kebijakan suku bunganya tidak seagresif di tahun 2022 dan ini tentunya juga akan memberikan dampak positif terhadap market kita dan dari sisi rupiah juga akan terbantu," pungkasnya.

Sementara itu, ia memandang bahwa kebijakan pengetatan seperti lockdown tampaknya tidak akan terjadi di tahun depan sehingga masyarakat Indonesia dapat beraktivitas dengan normal sehingga ekonomi di dalam negeri bisa berputar jauh lebih baik. (Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi)

Baca juga: The Fed Jadi Pemicu Perekonomian Global Terancam Resesi?

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: DBS: Kebijakan The Fed di 2023 Tidak Seagresif Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com