Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bedanya Intan, Permata, dan Berlian?

Kompas.com - 25/12/2022, 12:05 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Bagi orang yang masih awam soal perhiasan, seringkali tak bisa membedakan antara intan dan berlian. Bahkan ada yang menganggap keduanya adalah satu benda yang sama.

Orang seringkali mencampuradukkan ketiga istilah ini tanpa tahu bedanya. Padahal intan, berlian, dan permata jauh berbeda baik dari bentuk maupun harganya.

Intan

Dikutip dari laman Galeri24 dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intan adalah batu permata yang berkilauan berasal dari karbon murni dalam bentuk kristal.

Intan adalah zat yang terkenal paling keras, dipakai untuk permata cincin, gelang, kalung, giwang, bros, dan sebagainya.

Baca juga: Sering Disalahpami, Apa Bedanya Ton dan Metrik Ton?

Karbon murni memiliki skala kekerasan tertinggi (10 MOHs) dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Saking kerasnya, kristal karbon murni ini dipakai sebagai alat pemotong kaca, jarum gramofon, mata bor pertambangan, dan sebagainya.

Berlian

Sementara berlian, adalah intan yang diasah baik-baik hingga indah kemilau cahayanya.

Dengan kata lain, intan adalah bahan baku dari berlian yang belum diproses (perbedaan intan dan berlian). Intan sendiri masih berupa batu atau kristal kasar yang tersusun dari karbon murni.

Karbon yang terpendam dalam tanah selama ratusan hingga jutaan tahun dan mengalami proses kimiawi dan mengalami tekanan dari dalam bumi (endogen) sehingga secara alami membentuk kristal yang umumnya menyerupai bentuk prisma.

Baca juga: Apa Arti Sentra Ramos pada Merek Beras yang Banyak Beredar di Pasar?

Setelah batu intan ditambang, oleh pengrajin lalu dibuat menjadi berlian. Proses memoles intan menjadi berlian membutuhkan proses yang panjang rumit, serta keahlian khusus.

Proses di tangan pengrajin ini yang membuat batu intan bisa menjadi tampak cemerlang, gemerlap, dan memberikan kesan refleksi cahaya.

Permata

Permata adalah sebutan lain dari batu mulia. Sederhananya, semua batu mineral yang terbentuk karena proses geologi maupun kimiawi menjadi bernilai ekonomis, bisa disebut permata.

Intan adalah salah satu jenis permata. Berbagai macam permata antara lain batu ruby, safir, hingga zamrud. Batu aking jadi tren di Indonesia pun termasuk sebagai permata.

Baca juga: Mengenal Logam Bauksit yang Mau Dilarang Jokowi Diekspor Mentah

Tambang intan di Indonesia

Indonesia sendiri merupakan salah satu dari sedikit negara yang jadi produsen intan dunia. Pertambangan intan berlian terbesar yakni berada di Martapura, Kalimantan Selatan.

Sudah sejak lama Kalsel, khususnya Martapura dikenal sebagai penghasil intan terbesar di Indonesia. Pendulangan intan merupakan salah satu mata pencaharian turun temurun, khususnya di Banjar Baru.

Masih dikutip dari data Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, para pendulang biasanya berkelompok-kelompok menggali lubang pada kedalaman sekitar 10-12 meter dengan menggunakan peralatan tradisional dan metode lama.

Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir intan, terkadang pendulang menemukan pula batu akik dan pasir emas.

Baca juga: Daftar Daerah Penghasil Bauksit di Indonesia Terbesar

Intan yang ditemukan kemudian dibawa ke Martapura untuk dibersihkan dan digosok. Di jantung Kota Martapura, banyak ditemukan rumah-rumah tempat penggosokan intan baik secara tradisional maupun modern.

Intan-intan tersebut digosok hingga menghasilkan bentuk yang beraneka macam dan kemudian dijadikan cincin, gelang, kalung, bros dan anting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com