Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Kasus Penipuan Jadi Penyebab NPL Paylater dan Pinjol Melambung Tinggi

Kompas.com - 13/01/2023, 16:40 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di paylater terus meningkat seiring dengan jumlah penggunanya dalam beberapa tahun terakhir.

Tingginya minat masyarakat terhadap produk paylater dapat terlihat pada banyaknya lembaga keuangan seperti perbankan, multifinance, fintech, hingga e-commerce yang meluncurkan fasilitas kredit berupa paylater.

Namun pemain bisnis paylater mesti waspada. Sebab data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan rata-rata NPL di industri paylater sudah mencapai 7,61 persen per September 2022.

PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore melaporkan terjadinya tren peningkatan NPL produk kredit buy now paylater (BNPL) atau paylater dari bulan ke bulan di 2022, bahkan NPL produk paylater paling tinggi dibandingkan produ kredit lainnya.

Baca juga: Paylater Disebut Dukung Penguatan Ekonomi di Tengah Resesi, Kok Bisa?

Berdasarkan data IdScore pada Juli 2022 NPL produk paylater sebesar 6,49 persen, lebih tinggi dibandingkan NPL produk KKB motor dan KPR yang masing-masing sebesar 3,30 persen serta NPL produk KKB mobil, kartu kredit, dan KTA di kisaran 2 persen.

NPL Paylater dan Pinjol Dikeluhkan Bankir

Tingginya NPL di paylater dan pinjol pun dikeluhkan oleh pelaku perbankan lantaran banyak calon nasabah yang tidak bisa mendapatkan kredit karena penilaian BI checking buruk akibat kredit macet di paylater.

Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, saat ini sekitar 30 persen pengajuan kredit di BTN ditolak akibat calon nasabah memiliki kredit macet di pinjol dan paylater.

Padahal nominal kredit macet ini tidak besar, yakni masih di bawah Rp 5 juta dan bahkan lebih banyak yang di bawah Rp 1 juta.

"Kalau dulu banyak ditolak karena credit card, kalau sekarang pinjol. Sekarang (rejection rate-nya) sudah 30 persen aplikasi BI checkingnya gagal karena pinjol," ujarnya saat RDP dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (24/11/2022).

Hal ini tentu mempengaruhi kinerja penyaluran kredit perbankan karena bank menjadi tidak bisa memberikan fasilitas KPR ke debitur tersebut.

"Sulitnya adalah pinjol ini kebanyakan bukan perbankan jadi kita nggak bisa ngobrol dengan mereka," kata Nixon.

"Tapi pinjolnya juga kadang-kadang tidak kooperatif, bunga dendanya dimasukkin lagi. Nah ini yang sulit sekali untuk juga melakukan proses pelunasannya," tandasnya.

Lantas apakah betul penyebab NPL paylater dan pinjol melambung akibat bunga denda yang tinggi atau karena mendapatkan proses persetujuan yang terlalu mudah?

NPL Paylater dan Pinjol Tinggi Akibat Banyak Penipuan

Saat ini ada banyak platform yang menyediakan layanan paylater, salah satunya adalah perusahaan multifinance digital PT Akulaku Finance Indonesia.

Baca juga: Pengguna Paylater Meningkat, Risiko NPL Semakin Tinggi

Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga membantah jika besaran bunga yang diberikan untuk produk paylater menjadi penyebab NPL tinggi.

"Terkait fenomena di atas, mengenai tingkat suku bunga menurut saya masih dalam batas wajar, apalagi pinjaman ini masuk jenis KTA (kredit tanpa agunan)," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (13/1/2023).

Meski demikian, dia mengakui proses approval paylater terbilang mudah karena dapat dilakukan secara daring dan waktu proses yang cepat. Namun perlu diingat juga, tidak semua pengajuan pinjaman akan disetujui.

Justru penyebab NPL di paylater menjadi tinggi karena adanya kasus penipuan yang membuat pengguna paylater tidak mau melunasi utangnya sehingga menjadi NPL.

Modus penipuan paylater yang dimaksud berupa memberikan kode OTP, PIN, mengklik laman yang tidak jelas sumbernya, dan phising sehingga akun pengguna dapat diambilalih dan digunakan penipu untuk belanja.

Kata dia, modus penipuan ini sudah banyak terjadi di layanan paylater maupun pinjol.

"Karena kekurangan pahaman konsumen dalam bertransaksi digital (lack of literate) dan kurang waspadanya terhadap oknum-oknum fraudster yang terus mengintai konsumen-konsumen dengan berbagai cara," jelasnya.

Lantaran akun paylater atau pinjol terdaftar atas nama pengguna sehingga penggunalah yang bertanggung jawab untuk membayar semua tagihan yang dilakukan penipu.

"Umumnya konsumen keberatan untuk membayar, walaupun konsumen mengaku salah sudah berikan OTP, PIN, dan lain-lain," kata Efrinal.

Jika menemui kasus penipuan ini pada pelanggan, pihaknya akan mempelajari dan menginvestigasi kasus tersebut untuk menemukan penyelesaian kasus.

"Kami akan pelajari dan investigasi dulu, walau pada akhirnya diberikan discount atau malah hapus buku sekalian. Kesimpulannya, kami yang dirugikan," tukasnya.

Baca juga: Tren Pertumbuhannya Terus Meningkat, Paylater Diyakini Mampu Jaga Daya Beli Masyarakat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

Whats New
Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

Whats New
Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

Whats New
Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

Whats New
BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

Whats New
[POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

[POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

Whats New
Bakal Diumumkan Hari Ini, Ekonomi Indonesia Diramal Masih Tumbuh di Atas 5 Persen

Bakal Diumumkan Hari Ini, Ekonomi Indonesia Diramal Masih Tumbuh di Atas 5 Persen

Whats New
Panduan Bayar Tagihan IndiHome di Indomaret dan Alfamart

Panduan Bayar Tagihan IndiHome di Indomaret dan Alfamart

Spend Smart
Simak Cara Melihat Nomor ShopeePay yang Terdaftar

Simak Cara Melihat Nomor ShopeePay yang Terdaftar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com