Oleh: Frangky Selamat*
WALAU pandemi belum dinyatakan resmi berakhir, kehidupan telah kembali normal seperti sedia kala. Roda bisnis kembali berputar.
Yang belum sepenuhnya pulih menggapai asa untuk bangkit. Yang sempat berhenti atau tutup mencoba memulai lagi dengan semangat baru.
Di balik bisnis yang bertahan mengarungi badai krisis, terungkap sejumlah fakta yang mungkin bisa mengurai pertanyaan mengenai perilaku selama dua tahun terakhir.
Sebutlah Budi, bukan nama sebenarnya, yang tetap berdagang makanan di pasar dalam dua tahun pandemi meski keuntungan merosot dibandingkan kondisi normal.
Baginya tidak ada pilihan lain yang lebih baik untuk menyambung hidup selain berdagang.
Dalam kondisi sulit dia telah menghitung risiko yang siap ditanggung, yaitu kerugian jika barang dagangannya tidak laku. Bahkan hingga jumlah detail kerugian yang masih sanggup ia tanggung.
Jika dirasa telah jauh melampaui kemampuan menanggung rugi, Budi mungkin sudah “melempar handuk”.
“Tapi pilihan lain apa?” tanyanya pada diri sendiri sambil menggelengkan kepala.
Maka setiap hari Budi berjuang keras agar kerugian itu tidak terjadi atau seminimal mungkin. Atau jika tak terhindarkan lagi, Budi telah siap cara moril dan materil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.