Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Penuhi Kebutuhan Pasar Kopi, Mentan SYL Upayakan Tingkatkan Minat Milenial Jadi Petani Kopi

Kompas.com - 03/03/2023, 13:40 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Ia mengaku, pihaknya sangat mengapresiasi kepedulian Kementan.

Baca juga: Antisipasi Lahan Pertanian Terendam Banjir, Kementan Siapkan Pompanisasi hingga Asuransi Pertanian

Apalagi, Kementan sempat menyerahkan bantuan 100.000 benih kopi jenis Sigararutang. Benih kopi ini pun di tanam Bernard dan kawan-kawan di lahan-lahan yang sudah marjinal sesuai peruntukannya.

"Wiyata Muda ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi dan regenerasi petani kopi Indonesia. Di sini kami menanam kopi karena banyaknya bencana banjir dan longsor di Garut,” imbuhnya.

Terlebih, lanjut dia, kopi juga merupakan tanaman konservasi dan ekonomis, memiliki sifat universal dan gampang diterima semua kalangan.

Ia mengungkapkan, dampak paling signifikan dari program Wiyata Muda adalah hampir semua anak anggota poktan menjadi suka belajar kopi. Dari mereka, bahkan ada yang sudah mengelola kedai kopi dan menjadi roaster.

Selain itu, terdapat outcome indikator dari masyarakat dengan adanya program Wiyata Muda. Begitu pula anggota juga mendapat income produksi, hingga membuat serapan pasar meningkat lebih dari 100 persen dalam dua tahun belakangan. 

Baca juga: Nilai Tukar Petani Februari 2023 Cetak Rekor, Tertinggi dalam 3 Tahun Terakhir

"Responsnya cukup bagus, karena selain melibatkan petani, kami pun melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat. Mulai dari aparatur desa, Bintara Pembina Desa atau Samudera atau Angkasa (Babinsa), sampai organisasi pemuda (Karang Taruna)," ujarnya.

Tantangan terbesar yang dihadapi

Lebih lanjut Bernard menjelaskan, tantangan terbesar yang dirasakan pihaknya dalam mengembangkan kopi adalah character and mental development.

Hal tersebut, kata dia, terjadi karena kebanyakan peserta Wiyata Muda adalah anak-anak di bawah 21 tahun dan umur milenial (22-39 tahun).

Oleh karenanya, Bernard mengatakan, pihaknya harus benar-benar dapat menyesuaikan gaya bermain sambil belajar dengan keinginan peserta.

Baca juga: Kepala BMKG: Bu Megawati Ingatkan Kami agar Belajar ke China soal Gempa

"Selain itu, produk yang dijual mulai dari benih kopi, pupuk, green atau roasted beans, teh kaskara, dan kopi celup dengan segmentasi pasar berupa ekspor, kontraktor program, makro atau mikro roastery, hotel, kedai kopi, dan end users," jelasnya.

Untuk promosi atau pemasaran, Bernard mengatakan, penjualan produk kopi dilakukan melalui media sosial (medsos), seperti website, Instagram, WhatsApp, dan Facebook.

Promosi terbanyak, kata dia, dilakukan secara offline, seperti referensi, expo, festival, buyer atau business matched.

Selain gencar promosi, Bernard mengungkapkan bahwa produk kopinya memiliki ciri khas dan strategi tersendiri

“Untuk membedakan Kopi dari Timur kami dengan brand kopi lainnya, kami berorientasi tekno sociopreneur, atau pemanfaatan teknologi digital dan dampak sosial untuk penunjang bisnis,” jelas Bernard.

Baca juga: Apa yang Terjadi Saat Minum Kopi dalam Keadaan Perut Kosong?

Kopi dari Timur tidak hanya fokus pada bisnis, lanjut dia, tetapi pada pemenuhan semua aspek pendukung komoditas kopi.

Aspek pendukung yang dimaksud, seperti sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan pelatihan, politik, informasi, serta kualitas, kuantitas, kontinuitas (K3), sampai dengan aspek ekologi dan keberlanjutan.

"Harapan kami cukup sederhana, semoga kelak semua petani kopi di Tanah Air bisa merdeka. Merdeka dari ilmu pengetahuan, merdeka dari pinjaman produksi, merdeka dari politisasi, dan semacamnya," imbuh Bernard.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com