Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Turun 2 Persen Dipicu Kekhawatiran Resesi dan Penguatan Dollar AS

Kompas.com - 26/04/2023, 12:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia merosot sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Selasa (24/4/2023) waktu setempat atau Rabu pagi WIB, berbalik dari perdagangan Senin yang sempat naik 1 persen.

Pelemahan harga minyak dunia didorong kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi dan menguatnya dollar AS, sehingga mempengaruhi permintaan terhadap minyak mentah.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 2,4 persen atau 1,96 dollar AS menjadi sebesar 80,77 dollar AS per barrel. Begitu pula minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,2 persen atau 11,69 dollar AS menjadi sebesar 77,07 dollar AS per barrel.

Indeks keyakinan konsumen AS pada April 2023 turun ke level terendah dalam sembilan bulan, menjadi sebesat 101,3 dari sebelumnya 104 di Maret 2023. Hal ini sekaligus menggambarkan kekhawatiran tentang potensi terjadinya resesi AS.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Indonesia Turun Jadi 74,59 Dollar AS Per Barrel Dipicu Dinamika Perbankan Global

Di sisi lain, kekhawatiran resesi juga didorong berlanjutnya kondisi krisis perbankan AS, yang kini bertambah lagi satu etintas bank bermasalah.

Setelah kegagalan Silicon Valley Bank pada Maret lalu, kini ada First Republic yang melaporkan simpanan deposito nasabahnya anjlok lebih dari 100 miliar dollar AS pada kuartal I-2023.

"Harga minyak tampak seolah-olah akan meningkat sebelum kekhawatiran perbankan lama muncul kembali," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Baca juga: Inflasi Tinggi Jadi Penyebab Harga Minyak Mentah Dunia Turun 3 Persen

 


Sementara itu, menguatnya dollar AS turut mempengaruhi penurunan harga minyak. Lantaran, naiknya nilai dollar AS membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan minyak.

Investor kini tetap waspada terkait kemungkinan adanya kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral untuk menekan inflasi namun berdampak pada perlambatan ekonomi dan pengurangan permintaan terhadap energi di AS, Inggris, dan Uni Eropa.

Pasar memproyeksi bank sentral AS atau Federal Reserve, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa akan menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com