Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir: Soal Impor KRL Masih Tunggu Sinkronisasi Data

Kompas.com - 26/05/2023, 12:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pihanya saat ini tengah menunggu sinkronisasi terkait dengan rencana impor KRL bekas. Sia mengungkapkan saat ini pihaknya masih menuggu dua data final dari PT Industri Kereta Api (INKA) dan juga dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI).

“Nomor satu, dari Kementerian BUMN kita melihat dua titik, pertama INKA-nya sendiri, kuat apa tidak memproduksi yang sesuai kebutuhan. Kedua, PT KAI saya minta merevisi data-data pasca Covid-19,” kata Erick saat ditemui di Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Erick menjelaskan, dia masih menunggu kepastian INKA, terkait kemampuan perusahaan untuk memproduksi kereta sesuai kebutuhan, termasuk peningkatan penggunaan dari kereta api di Indonesia. Sementara dari PT KAI dia menilai bahwa perusahaan transportasi itu masih menggunakan data konservatif, sehingga perlu adanya pembaruan data.

“KAI saat ini masih menggunakan data saat Covid-19, kan saat Covid-19 KAI tetap beroperasi. Coba banyangkan kalau kereta itu pure dioperasikan sektor swasta, pasti kan berhenti (beroperasi). Kan BUMN tidak boleh berhenti, karena harus juga melayani masyarakat,” kata Mantan Presiden Inter Milan itu.

Baca juga: Soal Impor KRL Bekas dari Jepang, Erick Thohir Tunggu Data dari INKA dan KAI

Erick menegaskan, dua data itu masih dinantikan setelah menggelar rapat bersama Menko Marinves, Menperin, dan Menhub. Ia menekankan, untuk solusi impor KRL bekas ini tak boleh dilihat dari satu titik saja.

“Tentu dua data ini sedang saya tunggu, dan sudah rapat dengan pak Menko Marinves, Menperin, dan Menhub untuk sinkronisasi data, itu harus ada titik temunya dan jangan solusi itu hanya dilihat satu titik,” lanjut ketua PSSI itu.

Baca juga: Kepastian Impor KRL Bekas Tunggu Keputusan Luhut


Erick juga mengungkapkan, percepatan gerbong yang diproduksi INKA rencananya akan diberikan suntikan modal di tahun 2024. Adapun rencana penyuntikan modal tersebut diusulkan sebesar Rp 1,5 triliun.

“Kita usulkan, kalau ingin ada percepatan gerbong produksi INKA, kita usulkan tambahan suntikan modal di tahun 2024. Toh BUMN dividennya Rp 80 triliun, tidak salah juga kita ambil sebagian kembali, yang selama ini targetnya Rp 40 triliun,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com