Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buka Bisnis "E-commerce" di AS, Ini Cara TikTok Pasok Barang dari China

Kompas.com - 01/08/2023, 11:26 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - TikTok melebarkan sayap dengan merambah bisnis e-commerce di Amerika Serikat (AS), di tengah ramainya Project S TikTok. Barang-barang yang dijual pada e-commerce tersebut buatan China.

Skema bisnis TikTok ini mirip dengan yang dilakukan Amazon dalam platformnya yang memiliki fitur 'Sold by Amazon', di mana TikTok akan menyimpan dan mengirimkan barang atas nama produsen dan penjual di China.

Barang-barang yang dijajakan beragam, mulai dari pakaian, barang elektronik, hingga peralatan dapur. Strategi penjualan yang dilakukan TikTok ini untuk mengimbangi persaingan dengan platform belanja asal China lainnya, yakni Shein dan Temu.

Baca juga: Janji Pemerintah Lindungi UMKM dari “Project S” TikTok

Mengutip laporan Wall Street Journal, Selasa (1/8/2023), bisnis e-commerce TikTok di AS akan dimulai pada bulan Agustus 2023 ini, atau lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya.

Langkah ini mempertegas strategi e-commerce TikTok yang membidik pasar AS, setelah sempat menunda ekspansi karena penjual AS enggan bergabung di tengah tekanan politik terhadap aplikasi TikTok beberapa waktu lalu.

TikTok sempat menghadapi pengawasan yang ketat di Washington, di mana para pejabat dan anggota parlemen telah mencapnya sebagai risiko keamanan nasional.

Adapun AS merupakan pasar terbesar kedua TikTok dari sisi pengguna sosial media yang ditargetkan menjadi konsumen. TikTok di AS akan memiliki 'TikTok Shop Shopping Center' yang menjadi halaman bagi berbagai toko untuk dilihat produknya dan dibeli pengguna.

Baca juga: Tiktok Dikabarkan Siapkan Project S, Jual Produk Sendiri Dikirim dari China

Ekspansi TikTok ke dalam model e-commerce ini bertujuan memperluas ekosistem penjualannya untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dari aplikasi video populernya, dan melakukan strategi diversifikasi di luar penjualan iklan.

Sejumlah e-commerce seperti Temu, AliExpress dan Shopee sebelumnya telah meluncurkan program serupa, memanfaatkan industri di China untuk kemudian barangnya dijual dan dikirim ke seluruh dunia.

"Tahun ini e-commerce dan semua platform mengadopsi model bisnis baru ini," kata seorang manajer TikTok Shop dalam roadshow online, dikutip dari Wall Street Journal.

Baca juga: Coba Lihat TikTok Shop, Harga Sweater Impor Rp 15.000-Rp 20.000, Gimana Kita Bisa Bersaing...

 


TikTok memiliki pengguna aktif yang sangat besar di seluruh dunia. Laporan Wall Street Journal menyebut TikTok akan memiliki layanan penuh yang disebut akan membayar pemasok dari China dan akan mencarikan pembeli di AS.

TikTok akan membayar pemasok China hanya setelah menemukan pembeli di AS. Jika ada barang-barang yang tidak laku terjual maka akan dikembalikan agar tidak menjadi penumpukan di gudang, kata sejumlah pihak yang mengetahui.

TikTok juga berencana membuka program baru bagi produsen dan pedagang di luar China pada masa mendatang untuk membangun sistem rantai logistik internasional.

Baca juga: Menkop-UKM: TikTok Janji Project S Tidak Dilaksanakan di Indonesia

Analis menilai, peluncuran bisnis e-commerce TikTok di AS dapat menambah tekanan yang sudah dihadapi aplikasi ini dari regulator AS maupun pesaingnya.

Pemerintah AS pernah mengatakan TikTok perlu menjual operasional mereka di AS karena adanya kekhawatiran terkait data pengguna akan diberikan kepada pihak pemerintah China.

Meski TikTok sendiri telah membantah menerima permintaan pemerintah China tentang data pengguna dan memastikan tidak akan merespons jika nantinya diminta.

"Ini adalah perjuangan berat untuk TikTok karena persaingan yang sengit dan berat," ujarnya Analis Teknologi Ivy Yang.

Menurutnya, TikTok akan menghadapi tantangan terkait kemampuan untuk berbisnis ritel, sebab sangat berbeda dengan model bisnis media sosial yang selama ini dilakukan TikTok.

Aplikasi asal China itu perlu melakukan investasi besar-besaran dalam hal pergudangan, manajemen rantai pasok, dan layanan klaim atau keluhan terkait produk yang dikirimkan.

Bisnis e-commerce yang diusung TikTok ini masih sangat baru, sehingga pihak TikTok memberi tahu pemasok barang 'fast-fashion' untuk merujuk pada standar Shein, seperti perihal sistem ukuran, menurut panduan penjualan yang dilihat The Wall Street Journal.

TikTok pun dikabarkan telah merekrut sejumlah pekerja dari para pesaingnya, Shein dan Temu.

Adapun untuk memikat produsen China agar bergabung dengan program tersebut, TikTok telah mengadakan puluhan roadshow sejak Mei 2023, baik di akun media sosial WeChat maupun secara langsung.

Xie Shufa yang menjalankan pabrik pembuatan dekorasi rumah ikut mendaftar program tersebut setelah mengikuti roadshow. Namun, ada beberapa barangnya yang ditolak TikTok karena dinilai harganya terlalu tinggi.

Kini dirinya sedang mempertimbangkan pemotongan harga dan mengandalkan algoritme TikTok untuk mendatangkan lebih banyak pelanggan guna mengimbangi margin yang lebih tipis.

"Ini eksperimental untuk TikTok dan pabrik. Seberapa baik itu bisa bekerja masih harus dilihat," kata dia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com