Blok ketiga, yakni memanfaatkan energi yang melimpah di Indonesia, seperti curah hujan, radiasi matahari, dan biomassa. Pengolaan sumber daya ini dikerjakan bersamaan. Alhasil ada yang bisa dijadikan vegetable oil, green diesel atau bio ethanol yang dicampur dengan bensin.
“Bagaimana kita meramu jadi bahan bakar minyak (BBM) yang lebih rendah kadar emisinya, jadi menggunakan current infrastructure dengan emisi yang lebih rendah,” ungkap Oki.
Senada dengan itu, Senior Managing Director Growth and Strategy Lead Growth Market, Valentin De Miguel mengatakan, untuk menjawab tantangan energi global, negara-negara berkembang perlu bersungguh-sungguh melakukan implementasi dan eksekusi.
“Sehingga sangat mendesak untuk mendorong inovasi, riset dan analisis reliability teknologi bahan bakar alternatif, seperti hidrogen, amonia, terutama penangkapan karbon. Tiga teknologi utama ini yang kita butuhkan dengan tekad yang jelas untuk maju,” ujar Miguel.
Baca juga: BRIN Sebut Produksi Baterai EV Jadi Kunci Tercapainya NZE
Untuk diketahui, Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060. Hal ini dilakukan dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan environmental, social and governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.