JAKARTA, KOMPAS.com - Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) mengeluhkan sulitnya produk kosmetik lokal masuk ke mal-mal besar di Tanah Air.
Sekretaris Jenderal Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), Yanne Sukmadewi menjelaskan, alasannya bukan karena produsen lokal atau UMKM di bidang kosmetik tidak memiliki dana untuk membayar biaya sewa tenant yang mahal.
Namun lantaran, mal-mal besar sudah memiliki pemesanan terlebih dahulu untuk brand-brand besar.
"Pasar modern seperti Gandaria City, Plaza Indonesia, Pacific Place, Plaza Senayan itu masuknya sulit sekali. Bukan karena produsen lokal atau UMKM bukan tidak punya uang, tetapi memang kalau kita masuk ke mal modern itu mereka sudah booking groupnya yang global brand," ujar Yanne dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
"Jadi untuk menempati 1 tempat titik yang strategis saja enggak bisa karena, oh ini sudah punya grup ini, grup ini yang sudah masuk dari awal dan sudah global," sambung Yanne.
Baca juga: “Nilai” yang Dicari Pengunjung Ketika Menikmati Mal
Padahal produk lokal kosmetik memiliki peluang besar di pasar Indonesia. Dia membebekan, berdasarkan data riset McKinsey & Company tahun 2023 pada 2027 industri kecantikan global diperkirakan akan mencapai 580 miliar dollar AS dengan pertumbuhan 6 persen per tahun.
Selain itu, berdasarkan data ZAP Beauty Index 2023 dengan 9.000 responden perempuan Indonesia, 19 persen secara ekslusif menggunakan produk lokal, 78 persen pakai lokal dan impor, dan 3,2 persen menggunakan produk impor saja.
Selain itu, Yanne Sukmadewi juga mengatakan, market size produk kecantikan Indonesia 2022 mencapai Rp 100 triliun yang didominasi kategori personal care, skin care, cosmetics, fragrance.
Baca juga: Syarat dan Pendaftaran Sertifikasi Halal Gratis untuk UKM Produk Kosmetik dari Kemendag
Sedangkan izin edar mencapai 90.341 produk yang telah dikeluarkan BPOM, padahal di 2020 baru mencapai 76.038 produk.
“Peluang kita ini besar untuk kosmetik lokal, karena penjualan daring di 2023 ini sudah naik 18 persen. Ini juga ditunjang dengan demografi yaitu usia produktif dan kelas menengah yang tinggi meningkatkan level konsumsi. Adanya teknologi digital membuat penjualan semakin tidak terbatas, bahkan berpotensi ekspor,” kata Yanne.
Oleh karena itu dia berharap semua pemangku kepentingan (stake holder) mau bekerja sama untuk memberikan wadah bagi industri kosmetik lokal agar bisa bertumbuh dan diterima di rumahnya sendiri.
"Jadi untuk berkembang di global pasar ini benar-benar butuh support dari Kemendag, Aprindo dan stake holder lainnya bagaimana produk lokal kita itu setidaknya dapat jadi raja di negeri sendiri," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.