Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena, indeks dollar AS bergerak menguat ke atas level 105 pasca rilis data semalam menunjukan bahwa pereknomian AS masih solid.
"Data inflasi produsen bulan Agustus mengonfirmasi bahwa inflasi di AS masih naik, belum turun sesuai harapan. Data ekonomi AS yang solid ini mendukung kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS," ujar Ariston kepada Kompas.com.
Baca juga: Simak, Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI
Menurut dia, rupiah berpotensi melemah terhadap dollar AS karena hal tersebut, mengikuti pelemahan nilai tukar mata uang regional lainnya terhadap dollar AS.
Di sisi lain, aksi stimulus moneter bank sentral China (PBoC) yang memangkas giro wajib minimum sebesar 25 basis poin, memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah dan mungkin bisa berbalik menguat bila data-data ekonomi China yang dirilis pagi ini lebih bagus dari ekspektasi pasar.DL
Dari dalam negeri, pasar memperhatikan data neraca perdagangan bulan Agustus 2023 yang akan dirilis.
Pasar berekspektasi terjadi penurunan pertumbuhan ekspor dan impor melebihi bulan sebelumnya. Ini mungkin bisa membebani pergerakan rupiah.
Baca juga: IHSG Ditutup Nyaris Stagnan, Rupiah Melemah
Ariston memperkirakan kurs rupiah hari ini berpotensi melemah ke level Rp 15.370 per dollar AS, dengan potensi penguatan ke level Rp 15.300 per dollar AS.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.