Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Kompas.com - Diperbarui 21/09/2023, 22:20 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Kurang layak secara bisnis

Sementara diikutip dari pemberitaan Kompas.com 3 September 2015, Jonan saat itu menegaskan, selama ini tidak perlu ada moda transportasi semacam kereta cepat untuk rute Jakarta-Bandung.

Kata dia, secara teknis, kereta cepat yang memiliki kecepatan di atas 300 kilometer per jam tidak cocok untuk rute pendek seperti Jakarta-Bandung yang hanya berjarak 150 kilometer.

Ini karena kereta peluru tidak akan mencapai kecepatan maksimal jika jaraknya sangat pendek. Belum lagi, kereta harus berhenti di beberapa stasiun.

Kalaupun dengan teknologi kereta cepat saat ini bisa melaju di atas 300 kilometer per jam dengan rute sependek itu, kecepatan tinggi tersebut juga tidak akan optimal karena hanya bertahan beberapa menit.

Sementara dalam uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung yang sudah berlangsung beberapa hari, kereta cepat memang bisa melaju di atas 300 kilometer per jam. Namun uji coba yang dibuka untuk masyarakat umum dan jurnalis tersebut, kereta hanya berhenti di dua stasiun, yakni Halim dan Tegalluar. Artinya kereta tidak berhenti di Stasiun Karawang dan Stasiun Padalarang.

Baca juga: Banyak Pihak Cibir Proyek Kereta Cepat, Menhub: Begitu Pakai, Baru Mereka Senang

Untuk bisa mencapai akselerasi mencapai 300 kilometer per jam, kereta harus memiliki momentum interval jarak tertentu dan membutuhkan waktu beberapa menit. Logika ini yang menurut Jonan tidak masuk akal diterapkan dalam Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Perhitungan Jonan, jika di antara rute Jakarta-Bandung dibangun lima stasiun, jarak antar-satu stasiun dengan stasiun berikutnya sekitar 30 kilometer.

Kereta Cepat Jakarta Bandung sendiri awalnya direncanakan memiliki 5 stasiun, namun kini diputuskan hanya 4 meliputi Stasiun Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. Sementara Stasiun Walini tidak dilanjutkan pembangunannya.

"Kalau Jakarta-Bandung itu total misal butuh 40 menit, berarti kalau interval tiap stasiun (jika lima stasiun) adalah delapan menit. Kalau delapan menit, apa bisa delapan menit itu dari velositas 0 km per jam sampai 300 km per jam? Saya kira enggak bisa," kata Jonan.

Menurut Jonan, kereta cepat idealnya dibangun untuk rute-rute jarak jauh, misalnya Jakarta-Surabaya.

Namun jarak sejauh itu akan membutuhkan biaya investasi sangat besar sehingga dinilai kurang mendesak, APBN juga seharusnya bisa dipakai untuk infrastruktur lain yang lebih prioritas, terlebih kereta cepat hanya akan menimbulkan persepsi Jawa sentris

Baca juga: Utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dijamin Negara, Stafsus Sri Mulyani Tampik APBN Digadaikan ke China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com