Sementara di Osaka, stasiunnya berada di Shin Osaka. Sama dengan di Tokyo, lokasinya juga berada di jantung kota dan berdampingan dengan stasiun kereta reguler.
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, mengatakan sejatinya kurang efisien apabila letak stasiun kereta cepat berada di daerah pinggiran kota. Ini tak ubahnya seperti bandara di berbagai kota.
Baca juga: Jawab Pengkritik Kereta Cepat, Menhub: Begitu Pakai, Baru Mereka Senang
Di negara asalnya, dengan keunggulan letak stasiunnya di tengah kota, kereta cepat adalah pesaing utama pesawat udara yang memang diperuntukan untuk rute jarak jauh.
"Kereta Cepat Jakarta-Bandung proyek yang nanggung, karena apa? Stasiun terakhirnya ada di pinggiran keramaian, bukan di Kota Bandung," ujar Djoko beberapa waktu lalu.
"Ibaratnya lucu, dia kereta cepat sekitar 30 menit dari Jakarta ke Bandung, tapi cuma sampai Tegalluar," kata Djoko lagi.
Trase KCJB yang tidak sampai ke Bandung dikarenakan terkendala biaya pembebasan lahan. Tanpa masalah itu saja, biaya pembangunan kereta cepat sudah membengkak sedari awal dan terpaksa ditambal APBN.
Kondisi ini tentu berbeda dengan ketika masyarakat menggunakan kereta reguler Argo Parahyangan. Meski waktu tempuhnya sekitar 3 jam, namun penumpang cukup duduk manis dan bisa turun di jantung Kota Bandung, harga tiketnya pun jauh lebih murah ketimbang kereta cepat.
Baca juga: Dilema Kereta Cepat: Penumpang Tujuan Kota Bandung Harus 2 Kali Naik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.