Selain dapat meningkatkan indek pertanaman, juga dapat memperluas areal tanam. Oleh karena a priori musim kering hampir dipastikan terjadi setiap tahun, maka pemerintah suka atau tidak suka, setiap musim hujan harus memproduksi benih padi umur genjah secara memadai sebagai cadangan benih saat musim kemarau ataupun menghadapi el nino.
Pendeknya, ada atau tidak ada el nino, maka pemerintah harus memproduksi benih genjah, memetakan ketersediaan air.
Ironisnya, sejak republik ini berdiri, pendekatan ini tidak pernah dilakukan pemerintah secara masif, terstruktur, dan terencana.
Demikian halnya penampungan air saat musim hujan melalui panen hujan dan aliran permukaan (rainfall and runoff harvesting) harus dilakukan secara merata dari hulu, tengah dan hilir daerah aliran sungai, sehingga pemerintah tidak gagap menghadapi el nino.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengubah el nino dari tantangan (threat) menjadi peluang (opportunities). Penyediaan air nonkonvensional merupakan solusinya melalui desalinasi air laut menjadi air irigasi kuncinya.
Cara-cara penangan el nino selama ini sangat konvensional dan tidak menyelesaikan masalah mendasarnya, yaitu ketersediaan air.
Peningkatan ketersediaan air umumnya hanya dilakukan secara business as usual melalui pemanfaatan air permukaan yang tersedia.
Oleh karena kekeringan akibat el nino kuat berdampak sangat signifikan terhadap penurunan pasokan air hujan dan meningkatnya evapotranspirasi akibat suhu udara sangat tinggi, lama penyinaran penuh sepanjang hari, maka penguapan mencapai puncaknya.
Implikasinya ketersediaan air sangat rendah dan tanaman harus menguapkan airnya lebih tinggi dibandingkan pasokannya.
Dampak langsungnya tanah mengering, tanaman layu bahkan mencapai titik layu permanen (permanent wilting point), sehingga tanaman tidak mampu berproduksi dengan baik.
Kondisi ini diperburuk dengan mudahnya terjadi kebakaran hutan dan lahan, sehingga memperburuk kondisi udara di atmosfer.
“Kebodohan yang terus berulang” memosisikan Indonesia terus menjadi pasien rutin dalam menyediakan pangan bagi penduduknya.
Betapa ironisnya saat ini, Indonesia harus mengimpor beras dari India dan Republik Rakyat China yang penduduknya jauh lebih besar dibandingkan Indonesia.
Tanah yang subur, luas, air melimpah, tetapi tanpa malu mengimpor beras dari negara yang penduduknya jauh lebih besar. Logika akal sehatnya, Indonesialah yang mengekspor beras ke India dan RRC.
Desalinasi air laut menjadi suatu keharusan sebagai solusi fundamental saat ini dan masa mendatang.
Kalau Indonesia tidak melakukan, maka cepat dan pasti Indonesia akan menjadi pasien tetap dalam memenuhi kebutuhan beras seperti halnya sebagai pasien tetap untuk komoditas kedelai, bawang putih, daging sapi.
Apakah itu yang menjadi pilihan para petinggi dan pemegang amanah rakyat? Pasti tidak, karena bagaimanapun beras merupakan makanan utama dengan dimensi ekonomi, sosial, bahkan politik.
Hancurnya kedaulatan beras nasional akan menjadi awal petaka Indonesia masa mendatang.
Mengapa desalinasi air laut harus dilakukan?