Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumarjo Gatot Irianto
Analis Kebijakan Utama Kementan

Analis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian/Presiden Komisaris PT Berdikari (Persero)

Menjawab Masalah Rutin El Nino: Desalinasi Air Laut hingga Modernisasi Bulog

Kompas.com - 03/10/2023, 14:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Paling tidak ada dua argumen. Pertama, sentra produksi pangan ada di dataran pantai umumnya tidak diusahakan pada musim kemarau karena mengalami kekeringan.

Kedua, beda tinggi antara lahan sawah tertinggi ke Pantai maksimum 25 meter, sehingga dapat dengan mudah dan murah dialirkan ke hulu, kemudian dialirkan secara gravitasi ke hilir.

Jika desalinasi air laut bisa dilakukan, maka lahan sawah di Pantai utara Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang luasnya mencapai lebih 500.000 hektare dapat menghasilkan panen gadu.

Artinya panen musim kemarau dipastikan produktivitasnya bisa mencapai 7-8 ton dengan biaya produksi murah, karena serangan hama dan penyakit rendah, biaya pestisida rendah serta harga jual gabahnya tinggi.

Jika 500.000 hektare bisa berproduksi 7-8 ton/hektare, maka bisa menghasilkan 3,5-4 Juta gabah dan impor beras bisa dipenuhi dari lahan kering yang diirigasi dari desalinasi air laut.

Kalau musim kemarau berlangsung sekitar 6 bulan, maka Indonesia bisa menghasilkan dua kali panen, sehingga mampu menghasilkan 7-8 juta ton gabah kering panen, sehingga Indonesia akan terbebas dari impor beras yang sudah kronis dan menahun.

Bahkan sebaliknya Indonesia bisa menjadi negara pengekspor beras yang membanggakan.

Pertanyaan selanjutnya, apa yang harus dilakukan pemerintah agar Indonesia mencapai kedaulatan pangan utamanya beras? Modernisasi Bulog jawabnya.

Modernisasi Bulog

Bulog harus dimodernisasi manusianya, infrastruktur bisnis dan bisnis prosesnya, agar mampu menjadi pengendali cadangan pangan utamanya beras nasional.

Pengeringan dan penggilingan padi serta Silo yang terintegrasi harus dilakukan untuk meningkatkan rendemen gabah ke beras, meningkatkan diversifikasi produk turunan gabah, sehingga nilai tambah petani dapat dimaksimalkan serta tentu diikuti dengan menekan biaya penyimpanan.

Bulog harus sungguh-sungguh menyerap gabah saat panen raya bulan Maret-April minimal 80 persen stok nasional.

Argumennya, saat puncak panen raya, pasokan melimpah, harga anjlok, sehingga pembelian Bulog dapat meningkatkan harga gabah di pasaran.

Bulog dapat mengeringkan dan disimpan di silo, sebagai cadangan untuk operasi pasar saat paceklik panen.

Audit BPK yang ketat dan pengawasan DPR yang memadai dapat menjadi pemacu Bulog menyerap gabah pada musim panen raya.

Selanjutnya panen kedua, Bulog dapat menyerap 20 persen, karena harga relatif lebih tinggi.

Bagi pemerintahan baru, Presiden dapat menggabungkan Menteri Pertanian merangkap Kepala Bulog, sehingga tidak ada alasan saling melemahkan tentang serapan gabah Bulog yang rendah akibat produksi padi nasional menurun atau sebaliknya produksi gabah tinggi, tetapi Bulog tidak mau menyerap dan memilih impor.

Jika itu terjadi, maka polemik tanpa ujung dapat dihentikan, karena bisa dimintakan pertanggungjawaban kepada seorang.

*Gatot Irianto, Analis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian
Laras Wuri Dianingrum, Advisory Board IFRI dan Peneliti IFRI

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com