Lebih lanjut Josua bilang, dalam rangka meredam laju depresiasi rupiah, BI tidak hanya bergantung terhadap kebijakan suku bunga acuan. Bank sentral dinilai akan fokus menggunakan instrumen pasar keuangan, yakni Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valasa DHE) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Senada, ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, BI perlu menjaga suku bunga acuannya di level 5,75 persen.
Baca juga: BI Beberkan Penyebab Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 15.600 Per Dollar AS
Ia menyadari, nilai tukar rupiah terus tergerus selama beberapa pekan terakhir. Hal ini pun berpotensi berlanjut, seiring dengan potensi arus modal keluar yang akan berlanjut dalam waktu dekat.
Akan tetapi, beberapa indikator ekonomi kunci menunjukkan tren yang positif dan memperlihatkan ketahanan domestik Indonesia di tengah ketidakpastian eksternal.
Salah satu indikator ekonomi yang positif ialah data surplus perdagangan periode September 2023, yang disebut telah memberikan dukungan kepada perekonomian untuk menahan pelemahan rupiah.
"Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, serta kebutuhan untuk menjaga selisih suku bunga acuan dengan the Fed, kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga kebijakannya pada tingkat 5,75 persen," ucap Riefky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.