Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertekan Sentimen Perang Israel-Hamas, Rupiah Sentuh Level Terendah Sejak November 2022

Kompas.com - 10/10/2023, 18:30 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (10/10/2023). Bahkan, pada hari ini mata uang Garuda menembus level Rp 15.700 per dollar AS.

Mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,30 persen ke level Rp 15.739 per dollar AS. Pada awal perdagangan kurs rupiah sebenarnya sempat menguat, namun penguatan itu terus tergerus hingga akhirnya terdepresiasi.

Sementara itu, mengacu data BI Jisdor, satu dollar AS setara dengan Rp 15.708 pada Selasa hari ini. Nilai itu kembali terdepresiasi dari Senin (9/10/2023) kemarin sebesar Rp 15.675 per dollar AS.

Baca juga: Imbas Perang, Bank Sentral Israel Lepas Cadangan Devisa Rp 468 Triliun

Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah di pasar spot saat ini menjadi yang terendah sejak November 2022. Pada saat itu, rupiah sempat menyentuh level Rp 15.768 per dollar AS.

Menurutnya, rupiah masih tertekan oleh sentimen perang Israel dengan Hamas Palestina. Kekhawatiran pasar memicu investor untuk beralih dari aset berisiko menuju aset yang lebih aman seperti dollar AS. Fenomena ini diperkuat dengan sentimen potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

"Sentimen pelemah rupiah masih belum berubah, konflik Israel Hamas dan soal kebijakan bank sentral AS masih menjadi faktor utama," kata Ariston, kepada Kompas.com, Selasa.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai 5,7 Persen jika Perang Rusia-Ukraina Berakhir


Senada, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, ketegangan antara Israel dengan Palestina masih menjadi sentimen negatif utama bagi rupiah. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, konflik antara kedua negara tersebut memicu adanya risk off.

"Namun sentimen ini cenderung bersifat temporer," ujarnya.

Lebih lanjut ia bilang, dengan minimnya porsi pangan dari Israel dan Palestina terhadap rantai pasok global, dampak konflik kedua negara tersebut minim terhadap laju inflasi. Namun, hal berbeda akan terjadi apabila negara Timur Tengah lain memutuskan untuk ikut campur.

"Apabila hal tersebut terjadi, maka harga minyak akan kembali terpicu, sehingga mendorong kenaikan inflasi global. Kenaikan inflasi global pada gilirannya akan memaksa para bank sentral global untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," ucap Josua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com