Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Jelaskan Alasan Rupiah Terus Tertekan Dollar AS

Kompas.com - 31/10/2023, 09:00 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah berada dalam tren pelemahan selama beberapa pekan terakhir. Bahkan, kurs rupiah telah menembus level Rp 15.900 per dollar AS.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui, banyak pihak yang mempertanyakan alasan nilai tukar dollar AS semakin tinggi terhadap rupiah kepada dirinya. Hal ini sebagaimana ia sampaikan dalam unggahan akun resmi Instagram-nya.

"Kemarin banyak yang bertanya ke saya, 'Kenapa nilai tukar US Dollar naik cukup tinggi'," ujar Sri Mulyani, dikutip dari unggahan pada akun @smindrawati, Selasa (31/10/2023).

Baca juga: Rupiah Kian Tertekan, Sri Mulyani Beberkan Dampaknya ke Anggaran Subsidi Pemerintah

Ilustrasi uang rupiah.SHUTTERSTOCK/DEVMOGRAPH Ilustrasi uang rupiah.

Bendahara Negara menjelaskan, pelemahan rupiah tidak terlepas dari kondisi keuangan negara Amerika Serikat yang tengah berada dalam tekanan. Anggaran negara adidaya itu mengalami defisit yang kian membengkak.

Per September 2023, defisit fiskal AS mencapai 1,69 triliun dollar AS.

Tingginya defisit itu mendorong kebutuhan pembiayaan Negeri Paman Sam. Hal ini kemudian memicu tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat, bahkan mencapai 5 persen.

"Apa dampaknya? Fenomena ini menyebabkan maraknya penarikan US Dollar dari seluruh dunia untuk diinvestasikan kembali ke Amerika," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Setoran Bea dan Cukai Turun 15,8 Persen, Sri Mulyani: Terlihat Dampak dari Pelemahan Global

"Sehingga, index US Dollar menguat, sementara mata uang lain melemah," sambungnya.

Pada saat bersamaan, kondisi perekonomian global masih dibayang-bayangi ketidakpastian. Pelemahan ekonomi yang dialami China dan berbagai sentimen di Uni Eropa membuat ketidakpastian meningkat, dan pada akhirnya berdampak terhadap selera investasi pasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com