Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ringgit Anjlok ke Level Terendah sejak 1998, Bagaimana dengan Rupiah?

Kompas.com - 05/11/2023, 15:18 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mata uang ringgit Malaysia sempat anjlok ke level terendah sejak krisis keuangan Asia 1998.

Faktor utama dari turunnya nilai tukar ringgit adalah karena mata uang tersebut terbebani oleh kenaikan dollar AS dan perbedaan suku bunga yang lebar dengan Amerika Serikat.

Pada Oktober, nilai tukar ringgit tercatat menjadi 4,7635 per dollar AS. Angka ini merupakan yang terlemah sejak krisis yang terjadi pada 1997-1998.

Sepanjang tahun ini, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia setelah yen Jepang.

Baca juga: Imbas Dollar AS Menguat, Chatib Basri: Pelemahan Rupiah Tak Sebesar Ringgit, RI Perlu Subsidi Harga Pangan

Kerugian terbaru terjadi ketika dollar AS menguat karena dorongan permintaan safe haven di tengah kekhawatiran konflik Israel-Hamas.

Di sisi lain, Malaysia juga mencatat penurunan ekspor selama enam bulan berturut-turutpada Agustus 2023. Perlambatan ekonomi China sebagai mitra dagang terbesarnya menjadi faktor utama.

Belum lagi, keputusan Bank Negara Malaysia (BNM) untuk menghentikan kenaikan suku bunga sejak bulan Juli juga menambah hambatan bagi mata uang Ringgit karena bank sentral global terdengar hawkish.

Kepala ekonomi dan strategi Mizuho Bank Ltd Singapura Vishnu Varathan menjelaskan, kinerja ringgit yang buruk disebabkan oleh selisih suku bunga riil yang menjadi tidak menuntungkan.

Hal itu terutama karena pembatalan subsidi berdampak pada inflasi dan menunjukkan tingkat suku bunga kebijakan riil yang lebih lemah.

"Para pembuat kebijakan menghadapi trade-off antara hambatan ekonomi akibat kenaikan suku bunga atau risiko tidak merespons dan membahayakan stabilitas makro dan ringgit,” kata dia dilansir dari Free Malaysia Today, Minggu (5/11/2023).

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, Malaysia harus mempertimbangkan mematok mata uang terhadap dollar AS.

Kebijakan tersebut pernah ia terapkan pada krisis keuangan Asia pada akhir 1990.

Ringgit merosot hampir 8 persen terhadap greenback. Nilai tukar mata uang ini turun menjadi 4,8 per dollar AS pada bulan lalu. Ini merupakan tingkat terlemah sejak Januari 1998 ketika krisis mengguncang pasar keuangan Asia.

Mahatir memproyeksikan, ringgit dapat merosot 5 persen lagi ke rekor terendah yakni 5 ringgit per dollas AS.

"Bayangkan saja dampaknya terhadap biaya hidup Anda. Mematok mata uang akan membantu mengurangi tekanan harga," imbuh dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Whats New
Telat Bayar Tagihan Listrik Bisa Kena Denda, Berapa Biayanya?

Telat Bayar Tagihan Listrik Bisa Kena Denda, Berapa Biayanya?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com