Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Degradasi Hutan, PEP DMF Ajak Masyarakat Adat Togong Tanga Budidaya Lebah

Kompas.com - 06/11/2023, 18:47 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Degradasi hutan dinilai bisa membahayakan kehidupan sosial masyarakat Desa Leme-leme Darat dan masyarakat adat Togong Tanga di Banggai, Sulawesi Tengah lataran bergantung pada hutan. Untuk itu, Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) ajak masyarakat untuk membudidayakan lebah di Hutan Kokolomboi di wilayah setempat.

Degradasi hutan di Desa Leme-leme Darat itu, lantaran deforestasi ilegal yang mengakibatkan lahan kritis.

Data di Kabupaten Banggai Kepulauan menunjukkan kondisi lahan sangat kritis di wilayah hutan sebesar 144,86 hektar, dan lahan kritis sebesar 28.026,87 hektar.

Selain itu, kegiatan tersebut juga telah mengancam satwa endemik Pulau Peleng yakni Tarsius dan Gagak Banggai.

Sebagai informasi, Desa Leme-leme Darat berjarak 4 km dari pusat pemerintahan desa, serta 120 km dari pusat Kabupaten Banggai. Secara geografis, Desa Leme-leme Darat berada di Pulau Peleng bagian barat yang berada 2 meter di atas permukaan laut.

Baca juga: Inovasi Mesin Pengolah Serat Nanas Tenaga Surya, Kolaborasi PEP Subang dan Pinlefi Cikadu

Program Kokolomboi Lestari

Untuk menjawab tantangan degradasi hutan dan penurunan kualitas lingkungan akibat deforestasi ilegal, PEP DMF masuk dengan program inovasi sosial Kokolomboi Lestari yakni konservasi hutan dengan memberdayakan masyarakat Adat Togong Tanga, masyarakat adat Sulawesi, berbasis budidaya lebah (apikultur).

Program ini mengintegrasikan tiga pendekatan yakni ecological approach, socio-economic approach, dan socio-cultural approach.

1. Pendekatan ekologi

Pendekatan ini menjadi Langkah awal Perusahaan dan masyarakat untuk memperbaiki ekosistem dan rantai makanan satwa endemic yang ada di Kokolomboi.

GM Zona 13 Benny Sidik mengatakan pihaknya sangat memahami pentingnya peranan hutan sebagai upaya memerangi perubahan iklim dan mitigasi dampak bencana alam.

Menurut dia, masyarakat adat dan masyarakat lokal adalah aktor utama dalam upaya konservasi hutan di lokasi mereka hidup.

"Peran perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya mendukung melalui peningkatan kapasitas agar mereka hidup sejahtera dan mandiri, sehingga peran mereka dalam menjaga hutan akan lebih optimal," ujar Benny melalui keterangan pers, Senin (6/11/2023).

Baca juga: Program CSR Elnusa Petrofin di Wae Kelambu, Perbaiki Infrastruktur hingga Ajak Anak Bermain

2. Pendekatan socio-economic

Untuk menjaga keberlanjutan program, kondisi ekonomi masyarakat juga perlu ditingkatkan melalui cara-cara yang ramah lingkungan dan linier dengan tujuan dari pelaksanaan program.
PEP DMF bersama dengan para pemangku kepentingan yang lain kemudian menciptakan inovasi budidaya lebah madu batu dan dahan yang ramah lingkungan melalui inovasi rumah lebah batang palem.

Melalui inovasi ini, kini para petani madu sudah tidak melakukan perusakan pohon dan tebing di kawasan Kokolomboi.

Budidaya lebah madu menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan.

Selain itu, budidaya lebah madu ini juga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa.
Petani madu yang terlibat didalam kawasan taman Kehati kokolomboi mencapai 10 orang dengan kemampuan panen sebesar 800 – 1.200 liter per tahun.

Halaman:


Terkini Lainnya

Toko Marine Hadirkan Platform untuk Tingkatkan 'Employee Benefit'

Toko Marine Hadirkan Platform untuk Tingkatkan "Employee Benefit"

Whats New
Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Spend Smart
Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Whats New
Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Whats New
Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com