Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Nugroho SBM
Dosen Universitas Diponegoro

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah di Tahun Politik

Kompas.com - 10/11/2023, 05:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Banyak pihak berpendapat, pemilu 2024 nanti hasilnya sulit ditebak karena ketiga pasang capres-cawapres ternyata warna politiknya tak berbeda jauh. Ketiganya tak menunjukkan kontras warna politik yang jelas. Di ketiganya ada unsur nasionalis.

Ketidakpastian itu pasti akan diikuti sikap menunggu (wait and see) dari para pemilik uang yang biasanya akan memindahkan uang, khususnya valuta asing ke luar.

Mereka menunggu, apakah pelaksanaan pemilu berjalan lancar dan aman serta apakah nanti hasilnya sesuai harapan para pelaku pasar. Hal tersebut juga akan melemahkan nilai tukar rupiah.

Sumber inflasi lain pada tahun politik adalah pada pelaksanaan pemilu 2024. Dana APBN yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pemilu 2024 mencapai Rp 74 triliun. Belum lagi dana kampanye yang dikeluarkan tiap partai dan juga calon pemimpin.

Dana yang besar itu memang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun di sisi lain juga akan menyebabkan naiknya tingkat inflasi. Naiknya tingkat inflasi Indonesia tentu akan menyebabkan melemahnya nilai tukar.

Langkah antisipatif Bank Indonesia

Namun berbagai tekanan terhadap nilai tukar rupiah tersebut tampaknya sudah diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan beberapa kebijakan.

Pertama, kebijakan untuk menaikkan bunga acuan (BI7DRR) dari 5,75 persen menjadi 6 persen. Kebijakan ini untuk mengantisipasi kalau nantinya the Fed menaikkan suku bunga acuannya yang akan menyebabkan pelarian modal asing dan melemahkan rupiah.

Kebijakan ini juga dimaksudkan meredam inflasi karena berbagai faktor yang disebutkan di atas.

Kedua, kebijakan memberikan insentif agar Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) disimpan di bank dan lembaga non-bank di Indonesia. Tujuan kebijakan ini untuk menambah cadangan devisa.

Dengan bertambahnya cadangan devisa, maka akan membuat nilai tukar rupiah menguat. Hasilnya meskipun belum optimal, tetapi sudah terlihat ada dana DHE SDA yang masuk ke Indonesia.

Ketiga, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial, yaitu memberikan potongan giro wajib minimum untuk sektor-sektor prioritas antara lain sektor yang melakukan hilirisasi pertambangan.

Hal ini dimaksudkan untuk menekan permintaan terhadap dollar AS karena dengan melakukan hilirisasi hasil tambang, maka Indonesia tidak perlu impor hasil tambang jadi.

Dengan tidak mengimpor, maka permintaan terhadap dollar AS dapat ditekan sehingga kurs dollar AS terhadap rupiah tidak mengalami apresiasi atau kurs rupiah tidak terdepresiasi terhadap dollar AS.

Keempat, dengan kebijakan menggunakan mata uang lokal untuk transaksi ekonomi (Local Currency Setlement) antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN yang sudah melakukan persetujuan dengan Indonesia.

Hal ini juga akan mengurangi permintaan terhadap dollar AS sehingga depresiasi rupiah terhadap dollar AS bisa dikurangi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com