Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volume Perdagangan Anjlok 224 Persen, Bagaimana Prospek Aset Kripto?

Kompas.com - 16/11/2023, 16:41 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - CEO Tokocrypto Yudhono Rawis yakin bisnis kripto masih punya potensi besar, meski volume perdagangan aset digital ini terus mengalami penurunan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), volume perdagangan aset kripto di Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan sebesar 224 persen secara tahunan (YoY). Pada bulan September 2023, volume perdagangan aset kripto mencapai Rp 94,4 triliun.

Yudhono menyebutkan, penurunan tersebut berlangsung sejak tahun lalu. Tingginya pengenaan pajak menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan yang signifikan dalam volume transaksi aset kripto.

“Meskipun volume perdagangan mengalami penurunan, ada potensi besar dari bisnis crypto exchange di Indonesia, mencapai lebih dari 17 juta investor, hal ini masih mewakili sekitar 5-6 persen dari total penduduk Indonesia,” ujar Yudhono dalam siaran pers, Kamis (16/11/2023).

Baca juga: Tips Aman Investasi Kripto

“Meskipun pasar investasi kripto di Indonesia Hal ini menunjukkan adanya ruang yang sangat besar bagi pertumbuhan dan ekspansi sektor ini di masa depan,” tambahnya.

Yudhono juga mengatakan, pertumbuhan pelaku bisnis kripto di Indonesia terus meningkat. Saat ini, sudah ada 32 Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) yang menjanjikan peluang besar bagi investor di ruang kripto. Banyaknya pemain di industri ini, menunjukkan bahwa pasar dan ekosistemnya semakin matang dan berkembang.

Yudhono menambahkan, dengan regulasi yang lebih kuat dan jelas dari OJK, potensi untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam perdagangan aset kripto di Indonesia semakin besar. Hal ini dapat menarik lebih banyak partisipan dan modal ke dalam pasar kripto, sehingga memacu pertumbuhan bisnis di sektor ini.

Tokocrypto, bersama dengan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) dan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), terus berdialog dengan semua pihak yang terlibat, termasuk Bappepti dan OJK, dalam upaya menciptakan regulasi yang adil dan mendukung inovasi di industri aset kripto.

Kolaborasi tersebut bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak, baik pelaku bisnis, investor, maupun regulator. Diharapkan bahwa dalam lima tahun mendatang, dengan perpindahan pengaturan ke OJK, akan terjadi kolaborasi antara Institusi Keuangan Tradisional (TradFi) dan kripto.


Dia menekankan hal tersebut merupakan langkah penting untuk meningkatkan bisnis di industri kripto. Secara keseluruhan, meskipun volume perdagangan aset kripto mengalami penurunan, masih ada potensi besar untuk bisnis crypto exchange di Indonesia di masa depan.

"Kami saat ini sedang bekerja sama untuk memastikan bahwa regulasi kripto, baik yang berasal dari Bappebti maupun yang akan beralih ke OJK, memiliki cakupan yang lebih luas dan komprehensif,” jelasnya.

“Mengenai masalah perpajakan, kami sedang melakukan dialog dengan regulator secara bertahap. Hal ini bertujuan untuk mencegah risiko arus modal keluar. Jika dibandingkan dengan exchange di luar negeri, exchange domestik akan kalah bersaing dari sisi pajak dan produk yang menarik minat investor," pungkas Yudho.

Baca juga: Jelang Akhir Tahun, Bagaimana Potensi “Cuan” Investasi di Saham dan Kripto?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com