Dia mengatakan, biaya produksi saat ini di bawah 10.000 dollar AS per ton, sehingga masih profit atau meraup laba.
“Harga jual kami, 78 persennya itu batas biaya produksi kami. Kalau sudah melewati itu, kami enggak profit,” lanjut dia.
Baca juga: Divestasi Saham Vale Kemahalan, Stafsus Erick: Harusnya Lebih Murah
Bernardus juga mengungkapkan, break event untuk harga nikel adalah pada level 12.000 hingga 13.000 dollar AS per ton.
Saat ini meskipun terjadi penurunan harga nikel, namun masih berada di level 16.000 dollar AS per ton, jadi perusahaan masih mendapatkan keuntungan.
“Walaupun harga nikel turun, tapi saat ini masih di level 16.000 dollar AS per ton, jadi secara margin, Vale masih aman. Saya tidak memperkirakan harga nikel bisa jatuh ke 13.00 dollar AS per ton, saat ini dengan mempertimbangkan faktor yang ada, kami berupaya untuk mendorong produksi kami agar tetap terjaga dan profitable,” tegasnya.
Bernardus mengatakan, pihaknya juga mengeksekusi inisiatif terkait dengan energy cost, dari mulai penggunaan bahan bakar dan batu yang dipotimalkan. Dia berharap inisiatif tersebut dapat mengurangi emisi yang dihasilkan.
“Kami juga mencari resourching energi alternatif. Dengan inisiatif ini kami berharap produksi energi kami dengan cost 30 sampai 35 persen dari biaya produksi bisa kami jaga dalam level yang efisien sehingga margin yang ada bisa lebih baik ke depannya,” lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.