Setelahnya, High berarti beresiko tinggi, Medium (menengah), Low (resiko rendah), dan Neglible (tak berarti).
Negligible memiliki skor 0-10, Low (10-20), Medium (20-30), High (30-40), dan Severe (di atas 40).
Semakin rendah skornya, semakin rendah risiko keparahan ESG dari emiten tersebut.
ESG Risk Rating dinilai dan diklasifikasikan secara independen oleh IDX untuk menjadi pegangan para pihak di bursa saham.
Maka itu, dari satu poin penjelasan ini saja, komunikasi ESG jelas beda dengan komunikasi CSR, misalnya.
Sebab, tanggungjawab sosial perusahaan lebih dominan melaksanakan amanah berbagi ke sekitar sebagai mandatori Pasal 27 dari UU No 40/2007 tentang PT (Perseroan Terbatas).
Lebih menukik lagi, komunikasi CSR lebih dominan pada sisi Social saja, sehingga tidak ada ada kaitan langsung dengan performa dan penilaian perusahaan di bursa saham.
Kedua, komunikasi ESG mengakomodasi perubahan tren perilaku pelanggan yang lebih peduli pada keberlangsungan perusahaan, pengguna, hingga lingkungan.
Sederhananya, ini bisa kita ambil contoh, dengan aksi embargo produk asal China di Eropa, beberapa waktu lalu, imbas penggunaan bahan tidak ramah lingkungan serta sistem kontrak kerja tidak manusiawi.
Merujuk hal ini, simak paparan Dirut PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Ririek Adriansyah dalam kegiatan tersebut, “Banyak pelanggan kita yang sudah mulai sadar juga. Apalagi pengguna data center, sudah mulai beberapa itu mensyaratkan ESG. Pemegang saham kita, terutama perusahaan asing juga sudah menuntut itu. Kita sudah mulai menggunakan clean energy, seperti bekerja sama dengan Medco Energy yang punya pasokan gas alam, juga penggunaan solar panel di beberapa lokasi operasional.”
Menurut dia, pihaknya pun sudah mulai berbicara dengan PLN dan Pertamina terkait data center. Sekiranya kedua BUMN tersebut mereka bisa menyuplai energi untuk operasional, Telkom memilih akan gunakan energi renewable.
Selain tuntutan ekonomi hijau dari kustomer, Indra Cahya, Senior Equity Research Analyst, Macquarie Sekuritas Indonesia, juga dalam acara sama menekankan tuntutan kontemporer pelanggan pada perusahaan teknologi adalah data privasi dan keamanan data, pengelolaan limbah produk akhir, persaingan kompetitif, manajemen risiko, hingga mitigasi gangguan teknologi.
Dengan pendekatan penggunaan keseharian itu, PR dengan komunikasi ESG-nya harus menjadi corong terdepan manakala ada isu dan krisis sensitif.
Semisal gangguan satelit pada tahun 2017 serta rumor Bjorka meretas data pelanggan pada 2022, yang bisa ditangani secara komunikasi sehingga selain menenangkan pelanggan, juga tetap mengatrol saham perusahan di lantai bursa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.