Kalangan developers di China mengalami gagal bayar (deafault) dengan skala besar. Namun dibanding Amerika, kondisi di China jauh lebih dapat ditoleransi karena kemungkinan besar tidak akan menyebabkan krisis keuangan sistemik.
Evergrande salah satu pengembang real estate terbesar di China merupakan salah satu bisnis terbesar di dunia yang dinyatakan bangkrut.
Evergrande dapat menurunkan CAR (Capital Adequacy Ratio) bank-bank di Tiongkok di bawah garis minimum.
Ketika banyak bank mengalami masalah yang sama pada saat bersamaan, lembaga keuangan khawatir akan ada potensi kegagalan lembaga lain sehingga hanya memberikan pinjaman sesedikit mungkin.
Tindakan defensif yang dilakukan oleh masing-masing lembaga berpotensi menyebabkan seluruh sistem keuangan dan sistem penyelesaiannya menjadi tidak berfungsi sepenuhnya.
Selama krisis seperti ini, seluruh sistem keuangan bisa runtuh kecuali Bank Sentral turun tangan secepatnya, memenuhi perannya sebagai lender of last resort, dan menyediakan dana yang dibutuhkan lembaga keuangan untuk menyelesaikan masalah likuiditasnya.
Menyediakan likuiditas pada saat seperti ini merupakan kewajiban dasar Bank Sentral di negara mana pun. Dengan adanya likuiditas yang memadai tentu akan menyelamatkan kesehatan perbankan.
Dana tersebut disalurkan untuk mencegah runtuhnya sistem permukiman di jantung perekonomian.
Kegagalan Lehman Brothers, tentu menjadi pelajaran serius. Bank Sentral di negara-negara maju menyuntikkan dana sebagai respons terhadap akibat krisis keuangan (di Amerika disebut QE1), dana tersebut memainkan peran penting, dalam mencegah runtuhnya sistem permukiman.
Pada akhir kuartal ketiga 2023 ini, jumlah pinjaman bank di China CN¥ 234,5 triliun (33 triliun dollar AS), dengan KPR cuma CN¥ 39 triliun (16,6 persen dari total), dan kredit untuk pengembang mencapai ¥ 13 triliun (5,6 persen dari total).
Mengingat standar yang tinggi bagi peminjam dan persyaratan uang muka yang besar, maka kualitas KPR di China termasuk tinggi.
Permasalahan yang dihadapi bank bukanlah prospek terjadinya tunggakan peminjam dalam skala besar, melainkan meningkatnya keinginan para peminjam untuk membayar kembali pinjaman KPR mereka lebih awal.
Meskipun NPL bank-bank saat ini di China sangat rendah (di bawah 2 persen), NPL (Non Performing Loan) dapat meningkat tajam jika pemerintah gagal mengatasi memburuknya kondisi keuangan para pengembang, yaitu seperti perusahaan hulu dan hilirnya.
Namun saya yakin Pemerintah China lihai dalam menangani kemelut yang terjadi di Tiongkok, karena kemampuan Xin Jinping tidak dapat diragukan lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.