Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menghitung Nilai Kekayaan Bersih, dan Manfaatnya

Kompas.com - 22/12/2023, 14:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menghitung nilai kekayaan bersih bagi seseorang yang memiliki pendapatan sangatlah penting. Mengetahui nilai kekayaan bersih secara pribadi tentu memiliki manfaat yang banyak bagi kondisi finansial di masa mendatang.

OneShildt Financial Planning Agustina Fitria mengatakan, menghitung hasil kekayaan bersih atau net worth menunjukkan indikasi perkembangan serta pencapaian tujuan keuangan pribadi.

“Semakin besar kekayaan bersih, semakin baik. Kerena mendekati usia pensiun, harusnya net worth-nya makin besar sebagai modal pensiun di masa mendatang,” jelas Agustina, di Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Agustina mengatakan, dengan mengetahui jumlah kekayaan bersih, dapat dijadikan rencana untuk lebih mengembangkan aset produktif.

Baca juga: Penurunan Kekayaan Bersih Elon Musk Senilai Rp 2.817 Triliun Pecahkan Rekor Dunia Guinness

Sama halnya dengan memberikan peringkat kepada orang terkaya di dunia, kekayaan bersih dinilai dari komposisi aset dan utangnya. Tentunya jumlah aset harus lebih besar daripada utangnya.

“Kan bisa saja orang kaya punya utang, tapi kalau kita lihat secara keseluruhan, harus dibandingkan dulu antara aset dan utangnya,” lanjut dia.

Lalu, bagaimana cara menghitung kekayaan bersih?

Baca juga: Minat Menabung Masyarakat di Bank Masih Tinggi

Agustina mengatakan, cara menghitung kekayaan bersih dapat dilakukan dengan cara total aset dikurangi total utang.

Total aset dapat dikelompokkan menjadi tiga hal, pertama aset likuid (uang di ATM, tabungan, dan deposito). Kemudian aset personal (rumah yang ditempati, mobil/motor, gadget), serta aset investasi (reksadana, saham, dan emas).

Dia mengatakan, reksa dana dan saham dikategorikan sebagai aset investasi karena pergerakannya yang fluktuatif dan umumnya dibeli untuk investasi jangka panjang.

Baca juga: Orangtua Harus Tahu, Ajari Anak Menabung Bisa Jadi Pangkal Perilaku Konsumtif

 

Begitupun dengan rumah yang disewakan untuk kos-kosan, masuk dalam kelas investasi karena mendatangkan income, harganya naik, dan tidak akan dijual dalam waktu dekat.

“Tapi kalau rumah yang kita tinggal, mobil yang kita pakai sehari-hari itu masuknya ke aset personal, tidaka kan kita jual kecuali memang mau diganti,” lanjut dia.

Dari sisi utang, klasifikasinya ada utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Utang jangka pendek adalah utang yang tenornya kurang dari 1 tahun, sementara utang jangka panjang memiliki tenor lebih dari 1 tahun, seperti KPR misalnya.

“Misalnya, meskipun tenor awalnya panjang, tapi kalau sekarang utang KPR-nya tinggal 6 bulan lagi, maka masuk ke dalam utang jangka pendek,” ujar dia.

Baca juga: Bankir-bankir Terkaya RI, Pupuk Kekayaan dari Investasi Saham

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com