Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Harga Beras Tak Turun meski RI "Banjir" Impor?

Kompas.com - 12/01/2024, 07:30 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi tak menampik bahwa harga beras masih tinggi meski pengadaan impor terus berlanjut. 

Dia memaparkan, pemerintah sudah mengeluarkan penugasan impor ke Bulog sebanyak 3,5 juta ton pada tahun lalu agar lonjakan harga itu bisa diredam. Dari jumlah itu, 3 juta sudah tereksekusi pada tahun kemarin.

Sementara itu, 500.000 lainnya akan masuk pada tahun ini yang berasal dari Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Pakistan.

Namun, dia mengakui upaya itu bukan menjadi jalan keluar untuk membuat harga beras kembali seperti semula. 

“Harus diakui bahwa bantuan pangan dan beras SPHP belum berhasil menurunkan harga, tapi berhasil menurunkan inflasi, tapi harga berasnya masih relatif tinggi. Jadi artinya harga beras itu stabil tapi relatif tinggi," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (11/1/2024).

Baca juga: Ini Syarat agar Harga Beras Bisa Turun Menurut Bapanas

Lebih lanjut dia memaparkan ada 3 faktor penyebab mengapa harga beras masih kian tinggi. Pertama karena produksi gabah dalam negeri masih belum pulih.

“Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, Januari- Februari  2024 ini masih dalam defisit yang besar. Ini karena karena sebagian dari wilayah Jawa masa tanamnya mundur sehingga panennya mundur,” katanya. 

Faktor kedua adalah karena karena biaya input produksi yang masih mahal seperti biaya pupuk. Kemudian faktor yang ketiga karena negara-negara penghasil beras terbesar memiliki berbagai kebijakan yang membuat pasar global ikut terimbas untuk menaikkan harga. 

Baca juga: Harga Beras Mahal, Bulog: HET Tak Perlu Diubah

Dia pun menilai harga beras yang masih tinggi ini akan terus berlanjut di tahun 2024 ini. “2024 belum ada ada tanda yang menggembirakan tapi kalau faktor-faktor tadi bisa diubah kayak ada penyerapan dalam negeri yah semoga bisa,” katanya. 

Sementara ketika ditanyakan apakah pemerintah berencana merevisi HET sebagai jalan keluar, dia menampiknya. Sebab, yang menjadi faktor utama mengapa harga beras masih tinggi terletak pada produksinya saja. 

“(Perubahan) HET? Tidak perlu karena faktornya fundamental yakni diproduksi. Maka merebah HET tidak terlalu memiliki dampak ke penurunan harga beras,” jelas Bayu.

Baca juga: Ini Syarat agar Harga Beras Bisa Turun Menurut Bapanas

Syarat harga beras turun

Sementara Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi juga mengakui harga beras saat ini masih tinggi. 

Dia mengungkapkan, harga beras masih akan turun jika produksi beras di Tanah Air berlimpah. 

“Harga akan turun jika pada saat produksi menyentuh di tas 2,5 juta ton. Nah sekarang, dengan kondisi sekarang (tak ada produksi) harga bisa turun lagi ke bawah Rp 12.000 per kilogram? Enggak mungkin,” ujar Arief.

Dia mengatakan, tingginya harga beras saat ini juga dipengaruhi oleh tingginya harga pupuk. Oleh sebab itu menurut dia, dengan kondisi harga pupuk yang tinggi yang membuat variabel biaya produksinya iku naik, tidak akan bisa menurunkan harga beras. 

“Jadi kalau harga bisa turun itu yah produksinya melimpah, teori supply  and demand (permintaan dan penawaran),” kata Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com