Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Beras Langka, Mendag: Gara-gara Lambat Panen dan Pedagang "Malas" Jual Beras Bulog

Kompas.com - 15/02/2024, 07:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan membeberkan alasan beras langka di pasaran beberapa waktu terakhir, yang juga mengakibatkan naiknya harga beras.

Alasan dan penyebab beras langka disampaikan Mendag Zulhas, sapaan akrabnya, saat ditemui di TPS 179, Cipinang Muara, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Ia pun membeberkan dua hal.

Pertama, karena panen lambat.

Menurut Zulhas, beras langka disebabkan salah satunya oleh masa panen beras di dalam negeri yang lambat sehingga pemerintah harus memasok beras impor ke pasaran agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.

Baca juga: Sedih Kala Beras Mahal, Pedagang Warteg: Kalau Ikut Naikin Harga, Siapa yang Beli?

"Beras itu memang kita lambat kan panennya. Nanamnya lambat, panennya lambat. Tetapi kan kita (pemerintah) sudah isi dengan impor yang banyak," ujar Mendag Zulhas.

Untuk mengatasinya, pemerintah berupaya menggelontorkan beras impor ke masyarakat. Walaupun impor beras, pemerintah bakal memastikan kebijakan ini tidak merugikan petani lokal.

"Sekarang di petani harga beras itu kan dibeli Rp 11.000-an, gabah itu Rp 8.000, jadi tinggi sekali. Nah, untuk mengatasi harga mahal itu, pemerintah, Bulog suplai ke pasar-pasar dari 100.000 sampai 200.000 ton per bulan, sekarang ditingkatin 250.000 ton," ucap Zulhas.

Baca juga: Penyebab Beras Langka di Toko Ritel Versi Asosiasi dan Pemerintah

Alasan kedua, pedagang malas menjual beras Bulog.

Menurut Zulhas, biang kerok beras langka di pasaran juga disebabkan oleh para pedagang yang enggan menjual beras dari Perum Bulog.

Usut punya usut, beras Bulog hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit bagi para pedagang tersebut.

Sebagai informasi, harga beras Bulog untuk Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dibanderol Rp 10.900 per kilogram (kg) sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.

"Rupanya kemarin di pasar itu pedagang pasar agak malas jual beras Bulog yang berasnya bagus, tapi harganya murah karena disubsidi karena untungnya sedikit cuma Rp 200," ungkap Zulhas.

Baca juga: Masa Panen Mundur, Pemerintah Putuskan Impor 1,6 Juta Ton Beras

Untuk mengatasinya, pemerintah menyubsidi beras Bulog tersebut agar keuntungan bagi para pedagang lebih besar, yakni menjadi Rp 500 sehingga menarik mereka untuk menjual beras lebih banyak ke masyarakat.

Selanjutnya, Zulhas juga bilang bila pedagang bisa mendapatkan untung lebih besar lagi jika menjual beras dengan ukuran eceran selama pengemasan beras ukuran kecil itu dilakukan sendiri.

"Kalau dikirim karungan ke pasar-pasar, pasar bisa packing sendiri dapat upah lagi Rp 210. Kita mau untung Rp 500, jadi bisa Rp 710, menarik gitu," katanya.

"Mudah-mudahan ini pedagang pasar akan tertarik untuk membantu masyarakat yang kesulitan karena harga beras naik, ada beras Bulog yang bagus, harganya murah karena disubsidi," lanjutnya.

Baca juga: Bulog Gelontorkan 220 Ton Beras SPHP ke Toko Ritel Modern

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com