Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Nugroho SBM
Dosen Universitas Diponegoro

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

Koalisi Gemuk atau Oposisi Kuat: Meminjam Analogi Struktur Pasar

Kompas.com - 18/02/2024, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

MESKIPUN masih menunggu hasil hitung nyata (real count) dari KPU, tetapi dari hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, pemenang pemilu khususnya pemilu presiden dan wakil presiden 2024 sudah jelas.

Pemenangnya adalah pasangan nomor urut dua, yaitu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Biasanya hasil hitung cepat tak berbeda jauh dengan hitung nyata.

Pertanyaan selanjutnya ketika hasil hitung cepat tersebut sesuai dengan rekapitulasi KPU, apakah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD serta parpol pendukungnya akan bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kelak atau menjadi oposisi di luar pemerintahan?

Prabowo dalam pidatonya usai melihat hasil hitung cepat mengatakan, akan merangkul semua pihak, termasuk yang kalah dalam pemerintahannya.

Antara koalisi gemuk atau oposisi kuat, manakah yang lebih baik?

Analogi struktur pasar

Guna menjawab pertanyaan tersebut, maka bisa dianalogikan dengan analisis struktur pasar dalam ilmu ekonomi.

Jika kubu 01 dan 03 bergabung dengan koalisi pemerintahan kelak, maka akan tercipta pasar dengan sedikit penjual (oligopoli) atau bahkan monopoli (pasar dengan satu penjual).

Keuntungan struktur pasar monopoli memang tidak ada gejolak dalam mekanisme keseimbangan di pasar.

Namun, kerugiannya adalah konsumen dalam posisi dirugikan, yaitu tidak punya pilihan untuk memilih produk sesuai seleranya karena hanya ada satu produk di pasar.

Kondisi politik memang akan tenang dan stabil karena tidak ada check and balance dari pihak oposisi. Namun ada harga yang harus dibayar, yaitu rakyat mungkin akan dirugikan oleh kebijakan-kebijakan tanpa ada pihak yang mengkritisinya.

Sejumlah pengamat menilai ada beberapa kebijakan Presiden Jokowi yang kurang tepat selama pemerintahannya, tetapi tetap dijalankan. Hal itu terjadi karena pihak oposisi yang kuat seperti Partai Gerindra dengan Prabowo sebagai pemimpinnya, memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi.

Demikian pula partai lain seperti PAN yang memilih bergabung dengan pemerintahan.

Di sisi lain, jika kubu 01 dan 03 memilih berada di luar pemerintah, kalau dianalogikan dengan struktur pasar, maka akan tercipta pasar persaingan sempurna.

Dalam teori ekonomi pasar persaingan sempurna dianggap pasar terbaik. Pasar persaingan sempurna dianggap sebagai pasar efisien dan menguntungkan konsumen.

Persaingan sempurna akan menciptakan harga rendah serta konsumen punya pilihan banyak terhadap produk sesuai seleranya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com