Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Klaim Produksi Beras Akan Surplus, Mengapa Masih Terus Impor?

Kompas.com - 22/02/2024, 07:30 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengeklaim bahwa produksi beras sepanjang 2024 akan surplus lantaran panen raya akan tiba mulai Maret-April mendatang.

Berdasarkan hitung-hitungan Kementan, Provinsi Banten akan panen dengan menghasilkan gabah kering panen atau GKP sekitar 2261.965 ton dan memiliki surplus sebesar 45.963 ton beras.

Kemudian, di April juga diprediksi beras akan surplus dengan hasil panen raya mencapai 325.224 ton gabah kering giling atau setara dengan 205.639 ton beras. Dari angka itu, diprediksi beras akan surplus 73.994 ton.

Baca juga: Panen Raya, Banten Diperkirakan Surplus 45.963 Ton Beras

Namun, di sisi lain, pemerintah kembali membuka rencana importasi beras di tahun 2024 untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah alias CBP.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia berencana akan mengimpor 3 juta ton beras.

Dari angka itu, sebanyak 2 juta ton diamankan dari Thailand dan 1 juta ton lagi dari India.

Baca juga: Bapanas: Potensi Panen Raya Bulan Maret Capai 3,5 Juta Ton

Mengapa Indonesia perlu membuka keran impor lagi, sedangkan produksi beras diklaim akan surplus? 

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menjelaskan, rencana pemerintah mengimpor jutaan ton beras pada tahun 2024 bersifat antisipasi dan belum tentu bakal dilaksanakan.

"Itu sifatnya antisipasi, belum tentu dilaksanakan," kata Ma'ruf dalam keterangan pers di Semarang, Jumat (26/1/2024).

Ma'ruf menambahkan, rencana itu baru akan dieksekusi apabila pasokan beras dari dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ia menyebutkan, pemerintah bakal memperhatikan hasil panen dan dampaknya terhadap stok cadangan beras yang ada di tanah air. "Artinya kalau itu terpaksa, itu dilakukan," kata Ma'ruf.

Baca juga: Lampung Akan Panen Raya, Hasilnya Diserap Bulog

Hal ini juga diamini oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. Dia bilang rencana impor akan dilakukan dengan hati-hati.

Apabila pengadaan dalam negeri mencukupi, rencana impor bisa saja dihentikan. Pun sebaliknya.

“Jadi mudah-mudahkan panen Maret-April mendatang itu berhasil. Kalau mau negara ini baik, tanamnya harus di atas 1 juta hektar sehingga panen bisa di atas kebutuhan konsumsi beras nasional sebesar 2,5 juta ton per bulan,” kata Arief.

Baca juga: Dibanding Tahun Lalu, Nilai Impor Beras Januari 2024 Melonjak 135 Persen

Pemerintah harus cermat berhitung

Sementara pengamat pertanian juga mengingatkan pemerintah atas rencana impor itu.

Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, pemerintah harus menghitung cermat rencana pengadaan itu.

Hal tersebut agar masuknya impor beras tak berbarengan dengan masa panen tahun depan, serta jumlah impor yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karenanya, dibutuhkan penghitungan yang tepat.

"Yang penting kuota impor itu dihitung cermat berapa kebutuhannya dan kapan datangnya. Jangan sampai malah jadi mudarat karena datang saat panen raya," kata Khudori.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi Jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi Jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com