Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Petronela Somi Kedan
Dosen

Semangat Belajar dan Berjuang

Berharap Normalisasi Harga Pangan

Kompas.com - 27/02/2024, 14:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Strategi paket sembako murah tidak memiliki dampak berkelanjutan dan tidak berdampak pada ketahanan pangan keluarga dalam jangka panjang.

Sifatnya yang karitatif membuat strategi ini justru malah menciptakan ketergantungan masyarakat, baik terhadap paket sembako harga murah ataupun terhadap bantuan–bantuan yang diberikan.

Kemerdekaan dimulai dari meja makan!

Jika sejak era revolusi kita mengenal idiom yang berseru bahwa “kemerdekaan dimulai dari lidah”, maka saat ini, kemerdekaan bukan cuma soal menyampaikan pendapat, tetapi juga soal akses terhadap pangan berkualitas.

Kemerdekaan hari ini harus dimulai dari meja makan, di mana pangan berkualitas semestinya dapat diakses oleh seluruh rakyat.

Kemerdekaan hari ini mestinya dimulai dari tersedianya pangan yang bergizi di meja makan. Terutama untuk 68 persen populasi rakyat Indonesia yang tidak dapat menjangkau makanan bergizi seimbang sejak tahun 2022 lalu (Kompas, 9/12/22).

Negara bertanggung jawab penuh untuk menciptakan rantai pangan berkualitas dan berkeadilan.

Negara harus dapat menjalankan peran mulai dari proses produksi, distribusi sampai pada konsumsi oleh masyarakat.

Pada tataran produksi, negara mestinya mendukung maksimal dengan kebijakan berpihak pada petani yang dapat mengurangi biaya produksi mulai dari pengendalian harga pupuk, menyediakan infrastruktur yang diperlukan seperti waduk dan bendungan.

Distribusi pangan dipersingkat dengan membuat rantai pasok pangan lokal. Konsumsi pangan dapat dilindungi dengan kebijakan HET yang tegas dan tidak menciptakan kepanikan penjual yang dapat berujung pada kenaikan harga pangan tanpa kendali.

Indonesia dapat belajar pada Malaysia dengan tingkat penduduk yang tidak dapat menjangkau makanan bergizi seimbangnya hanya sekitar 1,9 persen atau 0,6 juta jiwa (Kompas, 9/12/22).

Bagaimanapun caranya, akses terhadap pangan dengan harga terjangkau adalah hak seluruh rakyat. Keberpihakan dan kekuatan pemerintahan mestinya dapat ditunjukkan dengan pengendalian terhadap harga bahan pangan terutama beras.

Dalam jangka panjang, harapan rakyat bersandar pada normalisasi harga pangan. Pada harga pangan yang dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat dengan upah di bawah standar minimum regional.

Rakyat mendambakan kehidupan normal, yang tidak perlu saling dorong saat antre pangan murah atau tahan lapar karena tak sempat antre beras murah. Rakyat tak perlu makan beras bercampur gabah, batu dan kutu.

Kesulitan mengakses pangan bukan hanya pada keluarga tanpa pekerjaan tetap, tetapi juga pada keluarga dengan satu orang pekerja tetap di dalamnya.

Di mana partai politik yang baru saja menebar janji politiknya saat kampanye? Jelas kenaikan harga pangan yang melambung tinggi luput dari arena debat pilres.

Sambil menunggu janji politik elite, menunggu janji ideologis negara untuk merawat rakyatnya, mari kita mulai dari pekarangan. Jangan biarkan sejengkal pun tanah menganggur di rumah kita! Karena kemerdekaan dimulai dari meja makan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com