Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Udin Suchaini
ASN di Badan Pusat Statistik

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Inflasi dan Harga Beras Melesat di Tahun Kabisat

Kompas.com - 01/03/2024, 13:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KENAIKAN harga di Februari 2024 patut didalami, supaya masyarakat tidak terjebak narasi politik atas kenaikan harga yang terjadi.

Pada beberapa periode empat tahunan, perkembangan inflasi dan harga beras memiliki pola kenaikan. Uniknya, setiap periode yang dibatasi tahun kabisat, ada catatan peristiwa membuat harga bergejolak.

Sementara, melesatnya harga belum ditopang inovasi yang signifikan, terutama bagi desa sebagai kantong pertanian sekaligus kemiskinan.

Inflasi Februari 2024

Beras masih dominan mengalami inflasi dan andil tertinggi pada inflasi. Pada Februari 2024, BPS merilis (1/03/2024) angka inflasi sebesar 2,75 persen dari tahun ke tahun (y-o-y), terutama didominasi kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau.

Pada rilis tersebut, BPS mencatat kenaikan harga beras terjadi di hampir seluruh provinsi, dan hanya 1 provinsi saja yang mengalami penurunan.

Pada Februari 2024, komoditas beras kembali mengalami inflasi sebesar 5,32 persen dengan andil sebesar 0,21 persen dari bulan ke bulan.

Komoditas beras memberikan andil inflasi terbesar baik dari bulan ke bulan, kumulatif, maupun tahun ke tahun.

Kenaikan harga beras ini telah dimulai dari hulu. Harga gabah naik mulai dari petani karena belum memasuki musim panen. Parahnya, curah hujan tinggi yang membuat berkurangnya produksi, sehingga stok gabah terbatas di beberapa wilayah, sekaligus mengganggu jalur distribusi pangan.

Dampaknya, kenaikan harga merambat hingga konsumen. Rata-rata gabah kering giling naik 27,14 persen, gabah kering panen naik 33,48 persen.

Kemudian harga beras di penggilingan naik 24,65 persen, grosir naik 20,08 persen, dan eceran naik 19,28 persen. Bahkan, sejak 2018 hingga 2023, beras menjadi komoditas dominan penyumbang inflasi.

Pola tahun kabisat

Terdapat pola musiman inflasi dan kenaikan harga beras setiap Februari. Jika ditarik mundur sejak 2008, pola produksi pangan bergantung pada cuaca yang tidak selalu dapat dikendalikan dengan kebijakan rutin seperti impor dan operasi pasar.

Tahun 2008, harga beras naik di masa paceklik diiringi inflasi 7,40 persen pada Februari dari tahun ke tahun.

Harga kebutuhan pokok di dalam negeri melambung mencapai 200 persen sejak Mei 2007 karena kenaikan harga komoditas di pasar dunia juga naik.

Meski pemerintah telah berupaya mengundangkan UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sayangnya kebijakan ini diiringi program strategis nasional yang mengorbankan lahan pertanian.

Tahun 2012, musim tanam pertama terlambat karena gangguan iklim diiringi inflasi 3,56 persen pada Februari dari tahun ke tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com