Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilot dan Kopilot Batik Air Tertidur dalam Penerbangan, Pengamat: Ini Ada Risiko Sistemik yang Harus Diselesaikan

Kompas.com - 09/03/2024, 19:04 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, kasus tertidurnya pilot dan kopilot maskapai Batik Air A320 registrasi PK-LUV membutuhkan perbaikan dan analisis guna mendapatkan solusi yang sistematis tidak hanya sebatas sanksi.

"Saya sangat tidak setuju jika jalan keluarnya hanya segampang memberikan sanksi kepada pilot dan manajemen maskapai. Ini ada risiko sistemik yang harus diselesaikan, dan justru, pemberian sanksi akan menghambat perbaikan karena masalah pilot fatigue ini masalah yang membutuhkan analisa dan solusi kualitatif, bukan kuantitatif," kata Gerry saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/3/2024).

Gerry mengatakan, dalam kasus ini yang menjadi permasalahan adalah kedispilinan istirahat pilot.

Baca juga: Kemenhub Tegur Keras Batik Air soal Pilot dan Kopilot Tertidur Saat Terbang

Kemudian dari sisi penjadwalan terbang pilot dan kopilot tidak ada masalah, termasuk untuk kebutuhan istirahat di penerbangan dini hari.

Namun, ia mengatakan, dibutuhkan penelusuran terhadap corporate attitude khususnya terkait masalah pilot fatigue.

"Masalahnya di sini adalah masalah kondisi kerja dan kedisiplinan istirahat pilot. Tapi perusahaan sudah pasti mempunyai awareness campaign mengenai kesehatan/kesiapan terbang pilot (contoh: IAMSAFE program), tetapi apakah dijalankan?" ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Gerry mengatakan, dibutuhkan pengakuan dan kesadaran agar dapat memberikan keterangan sepenuhnya guna menemukan solusi yang sistematis.

Namun, apabila dari keterangan tersebut pilot dan kopilot tertidur terbukti akibat dari keteledoran, maka wajar diberikan sanksi.

"Jika memang masalah fatigue ini diakibatkan oleh kesengajaan atau keteledoran berdasarkan perilaku yang tidak bertanggung jawab oleh pilotnya, maka wajar bila diberikan sanksi disipliner," ucap dia.

Baca juga: Lion Air Dikabarkan Akan IPO, Incar Dana Segar hingga 500 Juta Dollar AS

Sebelumnya, pilot dan kopilot maskapai Batik Air dilaporkan tertidur ketika sedang membawa pesawat dari Bandara Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (25/1/2024).

Peristiwa tersebut diketahui dari preliminary report atau laporan pendahuluan yang dirilis Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

KNKT mengatakan, jenis pesawat yang dikemudikan oleh pilot dan kopilot yang tidur adalah Airbus A320 dengan nomor registrasi PK-LUV.

"Pesawat ini dioperasikan oleh dua pilot dan empat pramugari. Dioperasikan sebagai penerbangan penumpang berjadwal dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (WIII) Jakarta menuju Bandara Halu Oleo (WAWW) Kendari dan pulang pergi," tulis KNKT dalam laporannya.

Kronologi

KNKT menjelaskan, pesawat Batik Air dengan nomor registrasi PK-LUV awalnya melakukan penerbangan pertama dari Jakarta menuju Kendari pada Kamis pukul 02.55 WIB.

Sebelum pesawat terbang, second in command (SIC) atau kopilot memberitahu pilot in command (PIC) atau pilot bahwa dirinya kurang istirahat.

Selanjutnya, pesawat lepas landas menuju Kendari pada ketinggian 10.973 meter. Dalam perjalanan, pilot menawarkan kopilot untuk beristirahat karena kondisinya yang kurang istirahat.

Kopilot kemudian beristirahat di kokpit dan tidur sekitar 30 menit. Pada saat itu, pilot mengambil alih tugas kopilot sebagai pilot monitoring (PM).

KNKT menuliskan, kopilot terbangun sebelum pesawat mulai turun. Saat pesawat mendekati Kendari, Air Traffic Control (ATC) Kendari menginformasikan cuaca di bawah standar minimum untuk pendaratan dan bandara masih ditutup.

"Pesawat kemudian melakukan holding sekitar 30 menit di Waypoint ESGIX yang terletak 14 Nm dari bandara pada bearing 260," jelas KNKT.

Menurut KNKT, pesawat mendarat di Kendari pada pukul 07.48 waktu setempat menggunakan runway 26 dan parkir di apron parkir stand nomor 4.

"Selama transit ini, kedua pilot menyantap mi instan di kokpit. Setelah penurunan penumpang selesai, proses boarding penumpang untuk penerbangan pulang ke Jakarta dimulai," jelas KNKT.

Setelah proses boarding selesai, pesawat mulai bergerak untuk penerbangan pulang menuju Jakarta dengan nomor penerbangan BTK6723.

Kedua pilot menggunakan headset untuk memantau komunikasi radio pengontrol lalu lintas udara dengan pengeras suara kokpit menyala dengan volume minimal.

Ketika pesawat berangkat dari Kendari menuju Jakarta, pilot bertindak sebagai PM dan kopilot sebagai pilot flying (PF).

Ketika pesawat mencapai ketinggian jelajah 10.973 meter, keduanya melepas headset dan volume pengeras suara kokpit ditingkatkan. Pilot pun meminta izin istirahat kepada kopilot.

Sebenarnya, pilot sempat terbangun untuk melakukan percakapan di luar tugas selama sekitar 30 detik, tetapi ia kembali melanjutkan istirahat.

Selama terbang, kopilot meminta untuk terbang dengan pos 275 derajat untuk menghindari kondisi cuaca buruk ke area control center (ACC) Makassar dan disetujui.

Ia lalu berkomunikasi dengan awak pesawat melalui interfon untuk menanyakan kondisi penumpang karena merasa pesawat mengalami turbulensi ringan.

Awak pesawat menanggapi kopilot dan menjelaskan bahwa kondisi penumpang baik-baik saja. Kopilot kemudian melapor ke ACC Makassar bahwa pesawat tersebut terbang dengan arah 250 derajat.

ACC Makassar menerima laporan pilot dan menginstruksikan untuk kembali melaporkan ketika pesawat sudah aman dari kondisi cuaca buruk.

Selanjutnya, ACC Makassar menginstruksikan BTK6723 untuk menghubungi Air Traffic Controller (ATC) ACC Jakarta.

Kopilot pun melakukan kontak awal dengan ACC Jakarta. BTK6723 diinstruksikan untuk mengikuti KURUS 2G Standard Instrument Arrival (STAR) dan melaporkan ketika pesawat bersih dari kondisi cuaca buruk.

Baca juga: Batik Air Ternate-Jakarta Alami Keterlambatan, Manajemen: Ada Indikasi Kaca Kokpit Retak

Setelah membaca kembali instruksi ACC Jakarta, kopilot secara tidak sengaja tertidur. Setelah 12 menit transmisi terakhir yang tercatat dari kopilot, ACC Jakarta menanyakan kepada BTK6723 berapa lama pesawat harus terbang pada pos saat itu atau pada 250 derajat.

Namun, tidak ada jawaban dari kopilot. ACC Jakarta lalu menelepon BTK6723 dan tidak ada respons dari pilot.

Beberapa upaya untuk menghubungi BTK6723 telah dilakukan ACC Jakarta, termasuk meminta pilot lain untuk menghubungi BTK6723. Lagi-lagi, tidak ada satu pun panggilan yang ditanggapi.

Sekitar 28 menit setelah transmisi terakhir yang tercatat dari kopilot, pilot terbangun dan menyadari bahwa pesawat tidak berada pada jalur penerbangan yang benar.

Pilot kemudian melihat kopilot sedang tidur dan membangunkannya. Pada waktu yang hampir bersamaan, pilot menanggapi panggilan dari pilot lain dan ACC Jakarta.

Selanjutnya, pilot memberi tahu ACC Jakarta bahwa BTK6723 mengalami masalah komunikasi radio dan sudah teratasi. Penerbangan kemudian dilanjutkan dan mendarat di Jakarta dengan lancar. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Baca juga: Duduk Perkara Insiden Pesawat Batik Air Mati Lampu sampai Ditegur Kemenhub

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com