Kenaikan harga telur dan daging ayam ras akibat pakan ternak yang naik ugal-ugalan sejak 2023, diperparah dengan efek afkirnya induk ayam yang sudah tidak produktif dan faktor cuaca ekstrem.
Biaya produksi dari komponen pakan juga terus membebani para peternak. Kenaikan pakan ternak 0,36 persen, jagung Pipilan sebesar 0,80 persen, bekatul sebesar 0,04 persen, hingga bungkil sebesar 0,22 persen.
Di samping itu, masih ada komoditas lain yang harganya meningkat. Menurut SP2KP pada periode 2 Februari hingga 8 Maret, cabai rawit merah naik 36,28 persen atau naik dari Rp 46.300 menjadi Rp 63.100.
Cabai merah keriting naik 25,41 persen atau naik dari Rp 49.200 menjadi Rp 61.700. Cabai merah besar naik 21,54 persen atau naik dari Rp 57.100 menjadi Rp 69.400.
Minyak goreng sawit curah naik 2,63 persen atau naik dari Rp 15.200 menjadi Rp 15.600. Bawang putih honan naik 1,50 persen atau naik dari Rp 40.100 menjadi Rp 40.700.
Minyakita naik 1,30 persen atau naik dari Rp 15.400 menjadi Rp 15.600. Gula Pasir Kemasan naik 1,07 persen atau naik dari Rp 18.700 menjadi Rp 18.900.
Kenaikan beberapa komoditas ini ritual rutin setiap Ramadhan dan setiap musim curah hujan tinggi.
Setiap periode Ramadhan, terdapat beberapa komoditas yang rutin mengalami kenaikan harga. Ada beberapa komoditas makanan yang perlu diwaspadai sering muncul mengalami kenaikan pada Ramadhan dan Idul Fitri, di antaranya daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, hingga minyak goreng.
Sementara, komoditas pangan dan hortikultura bervariasi tergantung dari musim panen hingga bahan bakar.
BPS mencatat inflasi akibat kenaikan permintaan di periode bulan Ramadhan dan Idul Fitri mulai terjadi sebelum Ramadhan.
Inflasi tersebar di beberapa bulan dan akan turun lagi setelah Idul Fitri karena permintaan kembali normal. Pada momen Ramadhan dan Idul Fitri, tekanan inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi relatif meningkat.
Sementara itu, setiap awal tahun pada lima tahun terakhir, ada beberapa komoditas dorongan inflasi awal tahun. Selain beras, ada komoditas yang memberikan andil inflasi, yakni cabai merah, cabai rawit, ikan segar, bawang merah.
Kenaikan komoditas ini menjadi ritual rutin, saat curah hujan tinggi yang berdampak pada tingginya kegagalan panen dan nelayan tidak melaut. Untungnya, kedua siklus rutinan ini tidak jadi diperparah kenaikan harga BBM.
Pemerintah perlu menjaga pasokan, supaya harga barang kebutuhan pokok tidak berfluktuasi, menggerus daya beli, mendorong inflasi, hingga memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi pasokan, pengendalian harga hampir tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Memastikan ketersediaan stok khususnya untuk komoditas pangan, memastikan kelancaran distribusi pasokan yang merata di seluruh wilayah, melakukan kegiatan operasi pasar untuk memastikan keterjangkauan harga, melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak panic buying menjelang Idul Fitri.
Sementara, upaya lain belum terlihat signifikan, seperti membuat rantai pasok lebih pendek, membuat masa panen lebih pendek lebih dari tiga kali dalam setahun, serta pemenuhan varietas baru yang lebih berdaya saing.
Akhirnya, perkembangan harga komoditas di 2024 tidak akan berbeda dengan kondisi El-Nino diiringi anomali cuaca seperti tahun 2012.
Jika kondisi ini berulang, maka bisa jadi dampaknya lebih mengkhawatirkan karena konsumsi terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Ujungnya ketergantungan impor akan menjadi masalah yang semakin sulit terelakkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.