Menurutnya, brand lokal kini punya keleluasaan mengkomunikasikan keunggulan produk sekaligus posisi brand sebagai produk nasional yang berkomitmen pada nilai-nilai kemanusian yang universal.
"Sebenarnya, ini momen yang pas bagi merek lokal untuk menunjukkan kepada publik bahwa mereka berdiri di sisi yang benar, tidak memiliki keterkaitan apapun yang sifatnya bisa melanggengkan penjajahan Israel atas Palestina," kata Safaruddin.
Ia berpendapat, kesadaran brand konsumen di Indonesia saat ini berkelindan dengan simpati konsumen atas derita bangsa Palestina.
"Kunci brand yang berhasil mengomunikasikan reputasinya sebagai perusahaan yang bersih dari tindakan tak berperikemanusiaan, seperti yang dengan kasat mata dipraktikkan Israel di Gaza hari-hari ini yang bakal mendapat tempat khusus di hati konsumen," imbuhnya.
Baca juga: Starbucks Timur Tengah Akan PHK 2.000 Karyawan Buntut Aksi Boikot
Hal senada juga disampaikan pakar komunikasi Algooth Putranto. Menurutnya, masalah terbesar sejumlah brand perusahaan multinasional yang tengah didera gelombang boikot adalah ketiadaan keterbukaan terkait nature hubungan induk mereka di luar negeri dengan rezim zionis Israel.
Berbagai pernyataan serta penyangkalan sejumlah brand asing sejauh dinilai pihaknya tak berdampak signifikan. Pasalnya, konsumen di Tanah Air kian cerdas dalam mencari informasi di ranah maya.
"Tak ada jalan lain, mereka harus berani berterus terang terkait relasi induk mereka dengan Israel. Kejujuran seperti itu yang ingin didengar konsumen. Oleh karena itu, brand lokal bisa meraup untung dari perubahan preferensi masyarakat atas produk besutan perusahaan multinasional asing,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.