Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Sebut Mahalnya Harga Beras Gerus Pendapatan Orang Miskin

Kompas.com - 20/03/2024, 06:29 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai Indonesia harus mewaspadai komponen inflasi terurama dari faktor pangan.

Lonjakan inflasi pangan, atau kenaikan inflasi akibat harga pangan akan menggerus pendapatan kelompok masyarakat bawah. Hal tersebut disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (19/3/2024).

"Kita harus mewaspadai terhadap komponen inflasi yang berasal dari pangan yang pasti akan menggerus (pendapatan) terutama kelompok paling miskin," kata dia.

Baca juga: Jawaban Sri Mulyani Ketika Dicecar Pertanyaan Makan Siang Gratis di DPR

Pemerintah memiliki tujuan untuk membuat kemiskinan ekstrem turun sampai 0 persen pada akhir 2024.

Ia menambahkan, harga beras yang meningkat tersebut telah menjadi perhatian, termasuk oleh Presiden Jokowi. Adanya faktor musim seperti el nino turut memengaruhi musim produksi beras di dalam negeri maupun global.

Itu masih ditambah dengan permintaan yang tinggi turut memengaruhi harga beras, dan berimbas ke inflasi.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran Bansos Melonjak Tajam di Awal 2024

Di sisi lain, komoditas seperti pupuk juga mengalami lonjakan harga imbas dari perang Ukraina dan Rusia.

"Pemerintah telah mengambil langkah dengan penyediaan beras luar negeri dan mengadakan stabilisasi melalui intervensi distribusi harga pangan terutama beras," imbuh dia.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurti menyatakan harga beras akan sulit kembali ke harga setahun yang lalu yakni rata-rata nasional harga beras premium di Rp 12.500 per kilogram.

Baca juga: Mendag: Saya Gembira Harga Beras Turun sampai Rp 2.000 Per Kg

Hal menurut dia lantaran harga produksi gabah saja saat ini sudah melonjak naik. Adapun harga beras adalah dua kali lipat dari harga gabah.

“Saya tidak gembira mengatakan harga beras akan sulit untuk kembali ke titik semula seperti setahun yang lalu dan ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan karena upah tenaga kerja yang jadi biaya produksi gabah itu naik. UMR kan naik berarti nanti upah tenaga kerja informal akan naik,” ujar Bayu dalam acara Bicara BUMN di Jakarta, Senin (18/3/2024).

Kemudian juga disusul karena naiknya harga sewa lahan beserta biaya pupuk.

“Dengan kenaikan secara internasional kenaikan bahan bakar, maka pupuk juga naik. Jadi biaya-biaya produksi yang dihadapi oleh petani sudah naik,” kata Bayu.

Baca juga: Harga Beras Masih Mahal Meski Stok Melimpah, Ombudsman RI Sebut 2 Dugaan Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com