Puasa yang seharusnya menahan diri malah menuruti bayangan dan imajinasi pada siang hari ketika dahaga dan lapar. Di malam hari seperti balas dendam.
Namun, ada sisi lain dari puasa. Dalam suasana itu, kebiasaan konsumsi makanan lebih karena puasa juga mendorong peredaran ekonomi di pasar.
Setiap awal puasa harga minyak, gula, sayur, daging, ayam, dan ikan meningkat. Pasar bertambah ramai, baik pasar tradisional maupun swalayan.
Peredaran barang-barang bertambah cepat. Puasa memicu percepatan ekonomi. Ini sisi positifnya.
Itulah sisi berkah dan rahmatnya bulan Ramadhan. Perputaran ekonomi ini tidak hanya bagi yang menjalankan puasa tetapi juga bagi semua yang terlibat aktivitias ekonomi di bulan ini.
Ramadhan berkah bagi para pedagang, pemilik toko, warung, dan restoran. Tidak semuanya Muslim.
Ramadhan 1445 atau 2024 ini ada pula istilah baru, takjil war. Ternyata kudapan sore hari itu tidak hanya menarik minat yang menjalani puasa. Yang tidak berpuasa juga senang suasana dan kolaknya.
Sama dengan Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Waisak, Nyepi, dan Tahun Baru Imlek. Semua umat berbagai iman merayakan hari-hari besar itu dengan suka cita. Beriman atau tidak beriman tidak menjadi perhatian lagi.
Setiap agama ada sisi di mana semua orang akhirnya menikmati keramaiannya, ketika ada perayaan, aktivitas ekonomi, dan kebersamaan. Itulah berkah agama bagi segala umat dan macam-macam iman.
Tidaklah tepat, jika takjil hanya untuk umat yang berpuasa Ramadhan. Anggaplah takjil juga rahmat bagi semua iman, semua agama, dan semua manusia Indonesia yang berpartisipasi.
Berbuka bersama, silaturahim Idul Fitri, dan perayaan-perayaan itu bagi semua manusia, tanpa ditanya agamanya apa.
Jangan berhemat berkah bagi semua manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.