Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Kompas.com - 29/03/2024, 12:10 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sumbangan sektor manufaktur besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2023. Hal ini bisa dilihat dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia (BI) pada kuartal IV-2023 yang mencapai 51,20 persen atau masih berada di zona ekspansi.

Angka tersebut senada dengan data yang dirilis S&P Global yang menunjukkan sektor manufaktur berada dalam level ekspansi di atas level 50 sepanjang 30 bulan berturut-turut. Hanya dua negara yang mampu mencatat prestasi tersebut yaitu Indonesia dan India.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) Universitas Indonesia Kiki Verico mengatakan manufaktur masih nomor satu kontribusinya terhadap PDB di Indonesia dengan kontribusi 19 persen di 2023.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor manufaktur juga masih menjadi penyumbang terbesar mencapai 16 persen dari total penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

"Manufaktur itu kurang lebih 40 persen dari aktivitas formal atau orang yang bekerja dengan gaji tetap. Di Indonesia aktivitas formal hanya 40 persen, nah manufaktur itu 40 persen dari 40 persen tersebut. Jadi sangat dominan," kata Kiki melalui keterangan pers, Kamis (28/3/2024).

Baca juga: Menperin Sebut Investasi Manufaktur di Era Jokowi Capai Rp 3.032 Triliun

Selanjutnya, sektor manufaktur juga menjadi penyumbang pajak yang tinggi di Indonesia. Hal ini karena value added-nya paling besar, penyerapan tenaga kerja juga paling besar, aktivitas formal yang memberikan gaji tetap juga paling besar, sehingga penerimaan pajak juga paling besar dari manufaktur.

Data menunjukkan kapasitas produksi terpakai pada kuartal IV-2023 mencapai 73,91 persen, meningkat dibandingkan kuartal IV-2022 yakni sebesar 71,49 persen. Ini menandakan industri manufatur masih menunjukkan peningkatan aktivitas produksi.

Dengan performa tersebut, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal IV-2023 (y-on-y), industri manufaktur menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi perekonomian Indonesia, yakni sebesar 0,85 persen.

Industri pengolahan juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada 2023 (c-to-c) yakni sebesar 0,95 persen. Pada 2023 sektor industri pengolahan tumbuh 4,64 persen (c-to-c).

Kiki menyebut manufaktur di Indonesia juga berjalan beriringan dengan sektor jasa. Menurutnya, semakin tinggi manufaktur maka secara otomatis semakin tinggi nilai tambah jasanya.

"Kalau kita lihat sektor jasa di Indonesia nilai tambahnya paling tinggi, akan tetapi jika dilihat daya saing sektor jasa selalu negatif dan tidak kompetitif. Jadi agar Indonesia bisa kompetitif sektor yang harus digenjot adalah manufaktur," katanya.

Baca juga: Kontribusi Sektor Manufaktur RI di Atas Rata-rata Dunia

Indonesia tidak pada fase deindustrialisasi

Dengan capaian tersebut, Kiki menyatakan bahwa Indonesia tidak ada pada fase deindustrialisasi.

"Deindustrialisasi itu dialami oleh negara yang sudah mencapai tahap advanced manufacturing atau maju manufakturnya lalu menurun (sunset) dan mulai digantikan negara lain yang manufakturnya baru take-off (sunrise)," ujar Kiki.

"Negara industri maju itu lalu bergeser backbone ekonominya dari industri manufaktur ke sektor jasa," lanjutnya.

Lebih lanjut, Kiki mengungkapkan bahwa ada sejumlah upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah agar sektor industri di Indonesia terus semakin maju.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com