Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Sempat Hampir Sentuh Rp 16.000 Per Dollar AS, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 01/04/2024, 19:05 WIB
Filipi Jhonatan Partogi Situmorang,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

Ilustrasi penukaran pecahan uang rupiah baru. Simak lokasi penukaran uang baru di kas keliling dan titik perbankan di wilayah Sidoarjo selama bulan Ramadhan 2024.Kompas.com/Tresno Setiadi Ilustrasi penukaran pecahan uang rupiah baru. Simak lokasi penukaran uang baru di kas keliling dan titik perbankan di wilayah Sidoarjo selama bulan Ramadhan 2024.

Data terakhir menunjukkan bahwa surplus neraca dagang Indonesia terus menyusut, sejalan dengan berlanjutnya normalisasi harga komoditas dan kondisi ekonomi China, mitra dagang utama Indonesia, yang cenderung terus melemah. Hal ini meningkatkan risiko pelebaran defisit pada neraca transaksi berjalan pada tahun ini.

 

"Dari sisi fiskal, terjadi ketidakpastian terkait dengan program-program pemerintahan ke depannya yang mana banyak pihak menilai cukup agresif sehingga dapat mendorong peningkatan belanja negara cukup signifikan," terang Josua.

Di sisi lain, penerimaan negara cenderung menurun sejalan dengan normalisasi harga komoditas. Data terkini menunjukkan bahwa APBN masih mencatatkan surplus, namun jika dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun lalu, surplus cenderung menurun.

"Hal ini memberi kekhawatiran terkait pembiayaan APBN ke depan sehingga memberikan sentimen negatif pada pasar obligasi Indonesia. Tercatat bahwa kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun dari awal tahun," sebut Josua.

Tantangan-tantangan tersebut, baik yang bersumber dari sisi eksternal maupun domestik, akan mempengaruhi keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan timing dan besar pemotongan BI-rate ke depan.

Dalam jangka pendek, ditambah dengan risiko inflasi yang meningkat terutama dari sisi harga pangan, akan membuat Bank Indonesia cenderung akan mempertahankan BI-rate pada level saat ini dengan ruang pemotongan kemungkinan terjadi pada paruh kedua tahun ini.

"Lebih lanjut, Bank Indonesia pun sudah dan akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi seperti triple intervention di pasar spot USD/IDR, pasar DNDF dan pasar obligasi," ungkap Josua.

Selain itu, BI akan mengoptimalkan penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

"Dengan berbagai langkah stabilisasi tersebut, dalam jangka pendek ini rupiah diperkirakan akan cenderung stabil di kisaran Rp 15.900-an," terang Josua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com