Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberian Insentif yang Jelas Bisa Dorong Industri Sektor Manufaktur Lokal Bersaing di Pasar Global

Kompas.com - 05/04/2024, 21:48 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah harus jelas dalam memberikan insentif untuk industri, terutama sektor manufaktur, agar dapat bersaing dengan baik di pasar global.

Menurut Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Teuku Riefky, pemerintah juga perlu mengekspos sektor industri dalam negeri untuk mampu bersaing menghadapi industri luar negeri.

"Industri kita perlu diekspos pada persaingan dengan produk-produk luar disertai dengan insentif . Namun bukan berarti harus diproteksi secara utuh, kemudian tidak terekspos dari sisi persaingan terhadap kondisi global," ujar Riefky melalui keterangannya, Jumat (5/4/2024).

Riefky membeberkan, pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia pasca pandemi Covid-19 sudah mulai pulih dan menunjukkan perkembangan positif. Bahkan, sektor manufaktur merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar dalam perekonomian Indonesia sepanjang 2023.

Baca juga: Ditopang Manufaktur, Pertumbuhan Ekonomi Singapura Diprediksi 2,4 Persen Tahun Ini

Namun sektor manufaktur masih mengalami berbagai tantangan yang membuat performanya tidak maksimal.

"Kalau kita lihat faktor apa yang memengaruhi, ada bermacam-macam, dari sisi daya saing tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, investasi yang masuk, iklim persaingan usaha, infrastruktur dan berbagai macam faktor lainnya," katanya.

Menurut Riefky ada berbagai kebijakan yang dikeluarkan berbagai kementerian atau lembaga negara yang dengan sendirinya memberikan imbas negatif pada performa sektor industri manufaktur.

Menurut dia, banyak kebijakan dari sisi regulasi, investasi, perbaikan infrastruktur, kemudahan berusaha, serta regulasi terkait misalnya akuisisi lahan yang memberikan dampak negatif terhadap industri dalam negeri.

Tantangan lain, yakni sisi kebijakan fiskal Indonesia seperti bea masuk dan sebagainya. Kebijakan fiskal ini ikut punya andil dalam daya saing sektor industri manufaktur Indonesia.

Baca juga: Jurus Menperin Dongkrak Kinerja Manufaktur di Tahun Naga Kayu

Kontribusi sektor manufaktur RI di atas rata-rata dunia

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menyatakan, di tengah kondisi ekonomi global maupun nasional, industri manufaktur mencatatkan capaian positif, yang menunjukkan optimisme serta kinerja yang berdaya saing.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, dalam kurun waktu 2014-2022, PDB manufaktur Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 3,44 persen per tahun.

Rata-rata pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia yang sebesar 2,35 persen, maupun anggota The Organization for Economic Cooperation and Development – OECD (2,08 persen).

Begitu juga bila dibandingkan dengan negara industri dunia dan negara peers seperti Korea Selatan (2,53 persen), Meksiko (2,05 persen), Jerman (1,62 persen), Jepang (1,56 persen), Italia (1,38 persen), Thailand (1,02 persen), Australia ( minus 0,23 persen), serta Brazil ( minus 1,69 persen).

 

Selanjutnya berdasarkan data UNStats, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2021 sebesar 228 miliar dollar AS.

Pada periode tersebut, peringkat MVA Indonesia berada di atas beberapa negara, seperti Kanada, Turki, Irlandia, Brazil, Spanyol, Swiss, Thailand, dan Polandia.

“MVA Indonesia memberikan kontribusi sebesar 1,46 persen terhadap total MVA dunia tahun 2021, menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu powerhouse manufaktur di dunia,” ujar Agus beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, catatan kinerja sektor manufaktur Indonesia selama hampir satu dekade tersebut dapat menjaga keyakinan para pelaku industri mengenai kondisi usahanya.

Hingga Januari 2024, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan level ekspansi selama 29 bulan berturut-turut.

Menurut Agus, kondisi ini juga perlu diapresiasi, karena dilihat dari perkembangan PMI negara-negara dunia, hanya Indonesia dan India yang berhasil mempertahankan PMI ekspansi dalam kurun waktu tersebut.

"Melihat perkembangan PMI manufaktur Indonesia dalam kurun waktu 2014-2024, posisi Indonesia lebih baik dibandingkan Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Jerman, dan rata-rata PMI dunia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com