Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Kerek Suku Bunga Acuan, Ini Respons Bankir

Kompas.com - 26/04/2024, 22:35 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri perbankan disebut sedang menghadapi era suku bunga mahal dengan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate.

Kebijakan tersebut dikhawatirkan akan merembet pada biaya dana (cost of fund) dan pada akhirnya bermuara pada suku bunga kredit yang ditawarkan ke masyarakat.

Pekan ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis points atau 0,25 persen ke level 6,25 persen.

Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Hera F. Haryn mengatakan, perseroan akan senantiasa mengkaji dampak dari tren kenaikan suku bunga.

Baca juga: Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Selain itu, BCA juga akan menyiapkan strategi yang tepat untuk memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah dan masyarakat.

"BCA mencermati perkembangan suku bunga Bank Indonesia serta dinamika makroekonomi dan kondisi likuiditas sektor perbankan dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depan baik di sisi kredit maupun deposito," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (26/4/2024).

Ia berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif di 2024, sehingga mendukung pertumbuhan kredit dan pendanaan perbankan nasional.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengungkapkan kebijakan Bank Indonesia (BI) merupakan keputusan logis dan rasional di tengah tantangan ekonomi global.

“Kami akan mengikuti kebijakan BI. Situasi global dan domestik yang menantang pada akhirnya memaksa pelaku industri untuk dapat merespons dengan baik dan bijak,” ungkap dia.

Di sisi lain, Sunarso juga menilai kenaikan BI Rate tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum. Sedikit catatan, hingga akhir kuartal I-2024 tercatat Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI tercatat sebesar 83,28 persen.

Kemudian dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,97 persen.

“Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambah Sunarso.

Baca juga: BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Sedangkan, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Teuku Ali Usman mengatakan, kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI Rate merupakan langkah antisipasi.

"Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan BI Rate merupakan langkah pre-emptive dan ahead the curve bank sentral untuk memastikan stabilitas ekonomi dan pasar keuangan tetap terjaga di tengah risiko global yang meningkat," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (25/4/2024).

Ia menambahkan, risiko ini termasuk konflik geopolitik di Timur Tengah.

Di sisi lain, terdapat potensi tertundanya kemungkinan penurunan tingkat suku bunga Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FFR).

"Dalam hal ini, kami menilai terjaganya stabilitas keuangan sangat penting bagi sektor keuangan khususnya perbankan dan ekonomi secara makro," imbuh dia.

Menurut Teuku, stabilitas membuat sektor keuangan dapat menerapkan strategi yang lebih baik dan bijaksana, di tengah berbagai ketidakpastian dan fluktuasi global.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, sejauh biaya dana (cost of fund) tidak ada kenaikan, bank mengusahakan tidak ada kenaikan suku bunga kredit (rate loan).

"Kita harus monitor," kata dia.

Namun demikian, Lani tidak menutup kemungkinan kebijakan tersebut dapat berdampak pada kenaikan suku bunga bagi debitor perbankan.

"Bisa saja," timpal dia.

Baca juga: Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Sedangkan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN mengatakan, era suku bunga mahal akan direspons dengan penilaian ulang atas target penyaluran kredit yang dipatok di awal tahun.

Hal ini lantaran, perusahaan perlu mengantisipasi adanya era suku bunga tinggi.

Sampai kuartal I-2024 ini, BTN mencatat penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar Rp 344,2 triliun. Angka tersebut tumbuh 14,8 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 299,7 triliun.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menginginkan, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun justru akan dijaga pada level 10-11 persen. Awal tahun ini, BTN mematok target penyaluran kredit konservatif di angka 11-12 persen.

"Antisipasi likuiditas yang belakangan akan jadi lebih mahal, pendanaan juga jadi lebih mahal, karena naiknya BI rate," kata dia usai konferensi pers paparan kinerja BTN per 31 Maret 2024, Kamis (25/4/2024).

Ia menambahkan, dengan adanya kondisi tersebut, penyaluran kredit akan menghadapi banyak tantangan ke depannya. Dengan menurunkan pertumbuhan kredit, BTN tidak perlu mencari banyak dana yang diprediksi bertambah mahal.

"Kalau harga bahan baku mahal, maka jualannya tidak usah terlalu digeber," tandas Nixon.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis points atau 0,25 persen ke level 6,25 persen. Keputusan ini merupakan hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur BI periode Aprill 2024.

Selain itu, bank sentral juga mengerek tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility. Dengan demikian, suku bunga deposit facility pun menjadi 5,50 persen dan lending facility tetap di level 7,00 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (24/4/2024).

Baca juga: Prediksi BI: Suku Bunga The Fed Baru Turun pada Desember 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com