JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam investasi, faktor psikologis sangat memengaruhi keputusan-keputusan yang diambil investor.
Kondisi emosional investor menjadi salah satu faktor penentu dalam pengelolaan investasi.
Sekurang-kurangnya kondisi psikologis investor akan memengaruhi keputusan investasi seperti membeli atau menjual instrumen investasi.
Dalam ilmu keuangan, hal ini dikenal dengan bias psikologis.
Baca juga: Kian Bertambah, Jumlah Investor Kripto di Indonesia Tembus 19,75 Juta
Dilansir dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, bias psikologi menggambarkan kondisi penyimpangan dalam pengambilan keputusan investasi karena mengutamakan emosional tanpa mempertimbangkan fakta yang ada.
Ada dua jenis bias psikologis yang perlu dikenali investor. Bias psikologis ini seringkali menjebak investor pemula.
Berikut ini adalah dua jenis bias psikologis dalam berinvestasi.
1. Fears atau Loss Aversion Bias
Bias ini menggambarkan kecenderungan investor yang terlalu takut rugi, sehingga perilaku investasinya lebih fokus untuk menghindari kerugian daripada menghasilkan keuntungan.
Contohnya investor yang tidak berani berinvestasi saham karena berisiko tinggi alias high risk. Padahal risiko tinggi pada produk saham juga diikuti dengan potensi keuntungan yang bisa didapatkan apabila mampu menganalisis pasar saham dengan tepat.
Contoh lainnya adalah sifat panik ketika terjadi penurunan harga saham. Panik yang berlebihan akan mendorong investor untuk melakukan penjualan sahamnya di harga beli alias cut loss untuk menghindari kerugian. Padahal jika bersabar harga saham bisa kembali naik dalam jangka panjang.
Perasaan takut atau enggan rugi membuat investor tidak dapat memaksimalkan potensi dalam berinvestasi.
Oleh karena itu, investor perlu melakukan analisis fundamental dan teknikal dengan tenang, agar mampu melihat potensi tersebut.
2. Greed Bias
Bias ini menggambarkan kecenderungan investor menjadi serakah dengan berharap kenaikan nilai investasi lebih tinggi dari saham yang dibeli.
Dalam hal ini, investor terlalu fokus pada keuntungan yang tidak realistis karena tidak mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Sebagai ilustrasi, investor yang memborong saham gorengan dengan harapan mendapat imbal hasil yang tinggi. Investor yang serakah sangat mudah tergiur dengan kenaikan harga saham. Padahal saham gorengan tidak memiliki fundamental yang baik dan berisiko rugi dalam jangka panjang.
Contoh lainnya adalah kebiasaan menahan saham (hold) pada harga yang cukup tinggi tanpa mempertimbangkan risiko.
Lagi-lagi, investor perlu melakukan analisis fundamental dan teknikal dengan tenang, agar mampu melihat risiko tersebut. Jangan sampai terjebak oleh sifat serakah yang membuat investor tidak realistis dalam berinvestasi.
Dua bias psikologis tersebut dapat dihindari agar investor dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
Baca juga: Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung
Berikut ini adalah 4 tips yang dapat diterapkan investor pemula untuk mengendalikan bias psikologis dalam berinvestasi.
1. Analisis produk investasi secara komprehensif dan objektif
Lakukan analisis dengan bersumber dari informasi yang relevan seperti laporan kinerja perusahaan dan berita terkini seputar ekonomi dan keuangan. Pelajari metode analisis pasar modal seperti analisis teknikal dan fundamental dan jangan mudah tergiur dengan iklan atau endorsement dari pihak lain.
2. Kenali profil risiko dan tingkat toleransi risiko
Setiap investor memiliki karakteristik yang berbeda, baik tujuan investasi, kemampuan keuangan, maupun profil risiko. Oleh karena itu, tidak bisa menyamakan keputusan investasi setiap orang.
Dengan mengenali karakteristik tersebut, investor dapat menentukan keputusan investasi yang tepat sesuai dengan tingkat toleransi risiko pribadi.
3. Susun dan terapkan rencana investasi
Setelah memahami karakteristik investasi, cobalah menyusun strategi dan rencana investasi versi sendiri. Sesuaikan portofolio investasi dengan kebutuhan dan profil risiko, lalu terapkan rencana tersebut secara konsisten.
4. Lakukan pengecekan dan penyesuaian (rebalancing) portofolio secara berkala
Kondisi ekonomi maupun pasar keuangan bisa mengalami perubahan. Oleh karena itu, investor perlu melakukan pengecekan portofolio secara berkala.
Apabila terjadi perubahan, jangan mudah panik. Ambil keputusan secara tenang dan lakukan penyesuaian (rebalancing) portofolio sesuai dengan hasil analisis.
Demikian adalah 4 tips yang dapat diterapkan investor pemula untuk mengendalikan bias psikologis dalam berinvestasi.
Baca juga: Seberapa Besar Potensi Investasi Emas Digital?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.