Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Usulkan Selat Lombok sebagai "Particularly Sensitive Sea Area"

Kompas.com - 05/06/2024, 23:29 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tengah mengusulkan penetapan Selat Lombok sebagai Particularly Sensitive Sea Area (PSSA).

Ini merupakan wujud peran aktif dan komitmen Indonesia dalam perlindungan lingkungan maritim.

Adapun Selat Lombok diapit oleh Kawasan Konservasi, yaitu Pulau Nusa Penida dan Gili Matra.

Baca juga: Uni Eropa Buat 23 Komitmen 300 Juta Euro untuk Konservasi Laut

Fungsi ekosistem terumbu karang.Unsplash/Oleksandr Sushko Fungsi ekosistem terumbu karang.

Usulan penetapan ini rencananya akan diajukan pada Sidang International Maritime Organization (IMO)-Marine Environmental Protection Committee (MEPC) ke-82 pada 30 September sampai 4 Oktober 2024 mendatang.

Untuk finalisasi dokumen Submisi Selat Lombok sebagai PSSA ini kami telah menyelenggarakan FGD secara nasional pada Mei 2024 lalu, dan diikuti oleh FGD International pada hari ini.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Lollan Panjaitan menyatakan, pihaknya berharap bisa mendapatkan dukungan, masukan dan pandangan dari negara-negara anggota Organisasi Maritim Internasional (IMO) serta negara tetangga yang memiliki kepentingan di Selat Lombok.

"Selain itu, kami juga berharap bisa mendapatkan masukan teknis dari para ahli untuk mempersiapkan asesmen yang akan dilakukan oleh IMO,” terang Lollan dalam keterangan tertulis, Rabu (5/6/2024).

Baca juga: Apa Keuntungan Kawasan Konservasi Laut bagi Indonesia?

Adapun negara-negara maritim lain yang memiliki kepentingan di Selat Lombok seperti Jepang, China, Australia, Filipina, Papua Nugini, serta Timor Leste.

Lollan menekankan pentingnya penetapan Selat Lombok sebagai PSSA sebagai bentuk tanggung jawab Indonesia untuk berperan aktif dalam perlindungan lingkungan maritim sebagai negara anggota IMO sekaligus anggota Dewan IMO periode 2024-2025.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com