Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc.
Analis Kebijakan Utama Kementan

Analis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian

Dapatkah Pertanian Organik Skala Besar Meningkatkan Produksi Padi Nasional?

Kompas.com - 14/06/2024, 12:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dampaknya luar biasa: produksi padi turun 20 persen, sehingga mendorong harga padi meningkat 50 persen hanya dalam 6 bulan.

Srilanka harus mengimpor 450 juta dollar AS setara beras, padahal beberapa bulan sebelumnya Srilanka adalah negara dengan swasembada beras.

Harga wortel dan tomat naik lima kali lipat, sementara ekspor teh yang menjadi andalan negara dan rakyat Srilanka menukik mencapai angka terendahnya sejak 2 dekade lalu, yaitu turun 18 persen (antara November 2021-Februari 2022).

Itulah mungkin gambaran situasi riil yang akan kita dihadapi jika pertanian organik diterapkan secara besar-besaran, yang bisa menyebabkan kita set back ke tahun 1950-1960.

Pengurangan subsidi pupuk saja sudah menurunkan produksi padi nasional. Kita berharap presiden terpilih tidak mengambil langkah seperti yang diusulkan Prof Bustanul.

Apa yang terjadi di SriLanka harusnya sebagai lonceng peringatan bagi pengambil kebijakan untuk menyusun dengan sangat cermat dan hati-hati kebijakan pangan kita.

Disrupsi teknologi produksi padi

Terobosan yang bisa dilakukan adalah penerapan disrupsi teknologi pertanian secara murah, masif, dan cepat.

Istilah disruptif technology pertama kali dikenalkan oleh James Christensen dan Joseph Bower dalam artikel di Harvard Business Review pada 1995 dengan judul “Disruptive Technologies: Catching the Wave”.

Disrupsi teknologi produksi padi berupa teknologi yang mengangkat produksi secara drastis yang dapat mengguncang sektor pertanian.

Disrupsi produksi padi dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dapat menekan ongkos produksi baik di hulu, on farm dan hilir, sehingga meningkatkan efisiensi produksi pertanian secara berkelanjutan.

Gol akhir dari penerapan disrupsi teknologi pertanian haruslah dapat menjaga produksi padi sehingga beras cukup bagi masyarakat, menyejahterakan petani dan menyediakan beras dengan harga yang layak bagi masyarakat Indonesia.

Target yang harus dicapai dalam penerapan disrupsi teknologi produksi menurunkan biaya produksi padi 20 persen dari biaya produksi negara kompetitor.

Argumennya angka ini stabil terhadap guncangan valas, inflasi, maupun bencana. Angka ini merupakan angka yang pasti menjamin kepastian untuk melawan impor.

Para pakar pertanian, baik akademisi maupun peneliti serta pemangku kepentingan perlu duduk bersama melakukan pemetaan detail disrupsi sektor pertanian per komoditas, agar dapat dijadikan acuan nasional dalam produksi komoditas pertanian nasional.

Disrupsi sektor pertanian juga harus digerakkan swasta agar beban biaya pemerintah dapat diminimalkan.

Indonesia punya pelajaran yang baik dalam pengembangan kelapa sawit. Melalui insentif kredit dan fasilitasi pemerintah, pengembangan kebun padi dapat mengadopsi dengan berbagai penyesuaian mengikuti pengembangan kebun sawit.

Pemerintah perlu menumbuhkan ekosistem bisnis untuk mendorong terbentuknya kebun padi swasta dengan menyederhanakan proses perizinan lahan, regulasi pembangunan infrastruktur irigasi, dan insentif pajak termasuk importasi barang modal mendukung kegiatan disrupsi pertanian diperlakukan secara khusus.

Keberhasilan pengembangan kebun padi swasta dapat menjadi industri pertanian baru yang mampu menciptakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja baru, peningkatan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan mitigasi kemiskinan secara berkelanjutan.

*Analis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com