Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekaya Apa VOC Sampai Bisa Menjajah Nunsantara Ratusan Tahun?

Kompas.com - 16/06/2024, 20:08 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, salah satu perusahaan terkaya yang pernah eksis di dunia adalah sebuah perusahaan dagang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Di Tanah Air, nama VOC bisa dibilang begitu familiar lantaran ikatan sejarah Indonesia pra-kemerdekaan. VOC yang kerap diidentikan dengan kompeni ini adalah perusahaan kongsi dagang Belanda yang dulunya bermarkas di Amsterdam dan Batavia (kini Jakarta).

Pada abad ke-16, VOC lahir dari merger 4 perusahaan dagang, yakni Brabantsche Compagnie, Compagnie van Verre, Compagnie can De Moucheron, dan Veerse Compagnie.

Oleh pemerintah Kerajaan Belanda, keempat perusahaan itu dijadikan satu untuk menghindari persaingan antar-perusahaan Negeri Kincir Angin di kawasan Hindia Timur.

Baca juga: Kala Hitler Tak Sudi Melunasi Utang ke Negara-Negara Sekutu

Bisnis VOC

Dilansir dari Business Insider, bisnis utama VOC yakni mencari sumber daya, terutama rempah-rempah di Nusantara, dan kemudian memperdagangkannya ke pasar Eropa.

Dalam praktiknya, VOC yang juga dikenal memiliki ribuan tentara bayaran ini, memaksakan monopoli perdagangan rempah kepada para penguasa di Nusantara.

VOC kerap menggunakan senjata untuk memuluskan kegiatan bisnisnya. Keunikan VOC, meski berstatus sebagai perusahaan dagang, organisasi bisnis ini juga memiliki tentara dan armada kapal, sehingga bisa menguasai banyak wilayah di Timur.

Itu sebabnya, saat perusahaan ini runtuh, VOC mewariskan daerah kekuasannya ke pemerintah Belanda. Hal ini yang menjadikannya cikal bakal kolonialisme Belanda di Nusantara yang kemudian namanya menjadi Hindia Belanda.

VOC diberikan hak istimewa oleh Kerajaan Belanda untuk melakukan monopoli dan perhubungan penguasa-penguasa di Nusantara, termasuk memerangi penguasa setempat apabila dianggap tidak bersikap kooperatif.

Baca juga: Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

Kewenangan-kewenangan istimewa inilah yang membuat VOC dengan cepat berkembang menjadi perusahaan raksasa dan meraup keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah.

Bisnis lain VOC adalah perdagangan manusia. VOC diperkirakan telah mengangkut, atau lebih tepatnya mengungsikan sebanyak 50.000 orang dari Afrika untuk dipekerjakan sebagai budak di koloninya.

Selain menguasai daerah koloni, sebagai perusahaan multunasional, VOC juga memiliki benteng dan kantor dagang di beberapa negara seperti Jepang, Persia, India, Afrika Selatan, dan Sri Lanka.

VOC sendiri berumur sekitar 200 tahun, perusahaan dagang ini kolaps. Asetnya kemudian dialihkan ke pemerintah Kolonial Belanda.

Baca juga: Mengapa Pemerintah Hindia Belanda Melaksanakan Tanam Paksa?

Kebangkrutan VOC

Perusahaan mulai merosot di abad ke-18. Korupsi akut disebut-sebut jadi alasan utama ambruknya VOC. Korupsi begitu menggerogoti perusahaan ini dari level atas sampai paling bawah.

Di Batavia yang jadi kantor pusatnya, praktik jual beli jabatan sangat umum di kalangan pejabat VOC. Sogokan wajib diberi jika seseorang ingin menjadi pegawai atau mendapat jabatan penting.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Anak Buah Sri Mulyani Minta Pemerintahan Prabowo-Gibran Hemat Belanja

Anak Buah Sri Mulyani Minta Pemerintahan Prabowo-Gibran Hemat Belanja

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com